“Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf:108).

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Ummat

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Yang Tegar Di Jalan Dakwah

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Sabtu, 25 Februari 2012

SEGIGIT APEL BERBUAH KEBAHAGIAAN

Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Ditengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar disungai yang airnya jernih. Dia langsung mengambil air dan meminumnya. Tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"

Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu.

"Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".

Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.

"Assalamualaikum...."

"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.

Pemuda itu dipersilahkan duduk dan diapun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikuranginya. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.

"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua".

tanya pemuda itu.

Lalu pak tua itu menjawab,

"Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja dikebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja dirumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, Tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan.

"Baiklah pak, saya mau".

Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahunpun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.

"Pak tua, sekarang waktuku bekerja ditempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?".

Pak tua itu diam sejenak.

"Belum".

Pemuda itu terhenyak.

"Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun dikebunku".

"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi".

"Apa itu pak tua?"

"kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"

"Ya, aku mau". Jawab pemuda itu.

Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut.

"Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"

Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diapun ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan diapun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.

"Baiklah pak, aku mau". Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.

"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"

Pak tua itu tersenyum dan menjawab.

"Masuklah nak, itu kamarmu dan yang didalam sana adalah istimu".

Pemuda itu tampak bingung.

"Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku? Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"

Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan.

"Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."

Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih

"Subhanallah....."

Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.

Sahabat Muda..Teruslah Berfikir Positif sampai Allah SWT mengkaruniakan kebahagiaan kepada kita.

— bersama Bob Jusep Arifin.

Kamis, 23 Februari 2012

HAMAS-FATAH SEPAKATI PEMERINTAHAN PERSATUAN DI KAIRO

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal menyetujui kesepakatan persatuan setelah pembicaraan di Kairo pada Rabu (22/2).

"Pertemuan itu memutuskan untuk sepenuhnya melaksanakan perjanjian rekonsiliasi dan deklarasi Doha," kata seorang pembantu Meshaal, Izzat al-Rishq, kepada Associated Press.

Rishq mengatakan, pertemuan ini mengakhiri perdebatan mengenai posisi Hamas terhadap kesepakatan Doha. “Pertemuan ini juga mengakhiri spekulasi adanya perbedaan pendapat di internal Hamas,"katanya.

Namun sebelumnya, Rabu, anggota kepemimpinan Hamas mengatakan, kesepakatan itu harus dilaksanakan secara menyeluruh dan jujur. "Kami menekankan pentingnya pelaksanaan yang lengkap dan jujur dari perjanjian rekonsiliasi Kairo dan Doha untuk mengakhiri perpecahan dan menyatukan front nasional," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Sebuah perselisihan panjang tentang jabatan perdana menteri tampaknya telah diselesaikan pada awal Februari, ketika Abbas dan Meshaal menandatangani kontrak di Qatar yang menempatkan Abbas sebagai kepala pemerintah sementara.

Namun, parlemen Hamas mendesak pembatalan perjanjian dengan Fatah karena melanggar konstitusi. Mereka mengatakan setelah pertemuan di parlemen di Kota Gaza, UUD menetapkan pemisahan kedua jabatan tersebut. Namun, Fatah membantah ada pelanggaran undang-undang dalam kaitan dengan hal itu.


Abbas dan Mashaal membahas langkah-langkah berikutnya dalam kesepakatan itu, termasuk pembentukan pemerintah sementara yang akan terdiri dari teknokrat politik independen.
Sebuah stasiun TV Hamas di Gaza mengatakan mengatakan pertemuan itu positif dan kedua pemimpin bergerak ke arah yang benar untuk kebaikan rakyat Palestina.Abbas mendapat dukungan dari negara-negara AS dan Eropa, tetapi masih belum jelas bagaimana jika rekonsiliasi dengan Hamas semakin erat.




sumber: islamedia.web.id

Minggu, 19 Februari 2012

ZAID BIN STABIT AL-ANSHARI

Kita kembali ke tahun kedua hijriyah. Ketika itu Madinah sedang sibuk menyiapkan suatu angkatan perang untuk menghadapi perang Badar. Rasulullah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap tentara muslimin yang pertama-tama dibentuk, dan segera akan diberangkatkan ke medan jihad di bawah komando beliau, untuk melestarikan kalimat Allah di muka bumi.

Ketika Rasulullah sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba seorang laki-laki berusia kurang dari tiga belas tahun datang menghadap beliau. Anak itu kelihatan cerdas, terampil, hemat, cermat, dan teliti. Di tangannya tergenggam sebilah pedang, yang panjangnya melebihi badan anak itu. Dia berjalan tanpa ragu-ragu dan tanpa takut melewati barisan demi barisan menuju Rasulullah SAW. Setelah dekat kepada beliau dia berkata, “Saya bersedia mati untuk Anda, wahai Rasulullah! Izinkanlah saya pergi jihad bersama Anda, memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panji Anda.”

Rasulullah menengok kepada anak itu dengan pandangan gembira dan takjub. Beliau menepuk-nepuk pundak anak itu tanda kasih dan simpati. Tetapi beliau menolak permintaan anak itu, karena usianya masih sangat muda.

Anak itu pulang kembali membawa pedangnya tergesek-gesek menyentuh tanah. Dia sedih dan kecewa permintaannya untuk menyertai Rasulullah dalam peperangan pertama yang akan dihadapi beliau, ternyata ditolaknya.

Ibu anak itu, Nuwar binti Malik, yang sejak tadi mengikutinya dari belakang tidak kurang pula sedihnya. Dia ingin melihat anaknya berjuang di bawah panji-panji Rasulullah, supaya anak itu dapat kesempatan berdekatan dengan beliau seperti diharapkannya. Dalam angan-angannya terbayang, alangkah bahagianya ayah anak itu sekiranya dia masih hidup, melihat anaknya dapat mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW.

Tetapi anak Anshar yang cerdas dan pintar ini tidak lekas putus asa. Walaupun dia tidak berhasil mendekatkan diri kepada Rasulullah sebagai prajurit karena usianya masih sangat muda, dia berpikir mencari jalan lain yang tidak ada hubungannya dengan usia. Pikirannya yang tajam membukakan jalan baginya untuk selalu berdekatan dengan Nabi yang dicintainya. Jalan itu ialah bidang ilmu dan hafalan.

Anak itu menyampaikan buah pikirannya kepada ibu. Sang ibu menyambut gembira buah pikiran anaknya, dan segera merintis jalan untuk mewujudkannya.

Nuwar memberi tahu beberapa orang famili tentang keinginan dan bidang yang akan ditempuh anaknya. Mereka setuju lalu pergi menemui Rasulullah.

Kata mereka, “Wahai Rasulullah! Ini anak kami, Zaid bin Tsabit. Dia hafal tujuh belas surat dari kitab Al-Qur’an. Bacaannya betul, sesuai dengan yang diturunkan Allah kepada Anda. Di samping itu dia pandai pula baca tulis Arab. Tulisannya indah dan bacaannya lancar. Dia ingin berbakti kepada Anda dengan keterampilan yang ada padanya, dan ingin pula mendampingi Anda selalu. Jika Anda menghendaki, silakan mendengarkan bacaannya.

Rasulullah mendengarkan Zaid bin Tsabit membaca sebagian ayat-ayat Al-Qur’an yang teah dihafalnya. Bacannya ternyata memang bagus, betul, dan fasih. Kalimat-kalimat Al-Qur’an bagaikan berkelap-kelip di bibirnya seperti bintang-gemintang di permukaan langit. Bacaannya menimbulkan pengaruh dan berkesan. Waqaf-waqaf dilaluinya dengan tepat, menunjukkan dia paham dan mengerti dengan baik apa yang dibacanya.

Rasulullah gembira karena apa yang dilihat dan didengarnya mengenai Zaib bin Tsabit, ternyata melebihi apa yang dikatakan orang yang mengantarnya. Terlebih lagi, Zait bin Tsabit pandai menuli dan membaca. Rasulullah menoleh kepada Zaid seraya berkata, “Hai Zaid! Pelajarilah baca tulis bahasa Yahudi (Ibrani). Saya sangat tidak percaya kepada mereka (Yahudi), bila saya diktekan sebagai sekretaris saya.”

Jawab Zaid, “Saya siap, ya Rasulullah!” Zaid belajar baca tulis bahasa Ibrani dengan tekun. Berkat otaknya yang cemerlang, maka dalam tempo singkat dia telah menguasai bahasa tersebut dengan baik, berbicara, membaca, dan menulis. Apabila Rasulullah hendak menulis surat kepada orang-orang Yahudi, Zaid bin Tsabit dipanggil beliau menjadi sekretaris. Bila beliau menerima surat dari Yahudi, Zaid pula yang disuruh membacakan surat itu kepada beliau.

Kemudian Zaid disuruh pula belajar baca tulis bahasa Suryani. Zaid berhasil menguasai bahasa itu dalam tempo singkat, berbicara, membaca, dan menulis, seperti penguasaannya terhadap bahasa Yahudi. Dan sejak saat itu, Zaid yang masih muda remaja itu dijadikan beliau sebagai penerjemah bagi beliau untuk kedua bahasa tersebut.

Setelah Rasulullah sungguh-sungguh yakin dengan ketrampilan Zaid, kesetiaan, ketelitian, dan pemahamannya, barulah beliau menugaskannya menulis risalah langit (al-Qur’an). Maka jadilah dia penulis wahyu. Bila ayat-ayat/wahyu turun, Rasulullah memanggil Zaid, lalu dibacakannya kepada Zaid dan disuruh tulis. Karena itu Zaid bin Tsabit menulis Al-Qur’an didiktekan langsung oleh Rasulullah secara bertahap sesuai dengan turunnya ayat.

Zaid menuliskannya langsung dari mulut Rasulullah SAW, segera setelah ayat turun. Dengan petunjuk beliau, Zaid menyambungkan kepada ayat-ayat sebelumnya yang berhubungan.

Tidak salah lagi kalau pribadi Zaid cemerlang oleh sinar petunjuk Al-Qur’an, dan pikirannya gemerlapan dengan rahasia-rahasiasyariat Islam, sementara dia mengkhususkan diri dengan Al-Qur’an. Dia menjadi orang pertama tempat umat Islam bertanya tentang Al-Qur’an sesudah Rasulullah wafat. Dia menjadi ketua tim yang ditugaskan menghimpun Al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shidiq. Kemudian dia pula yang menjadi ketua tim penyusun mushaf di zaman pemerintahan Utsman bin Affan.

Kedudukan apakah lagi yang lebih tinggi dari itu? Masih adakah kemuliaan yang lebih tinggi dari kemuliaan seperti itu yang hendak dicapai seseorang?

Diantara keutamaan yang dilimpahkan Al-Qur’an terhadap Zaid bin Tsabit, dia pernah memberikan jalan keluar dari jalan buntu yang membingungkan orang-orang pandai pada hari Saqifah. Kaum muslimin berbeda pendapat tentang pengganti (khalifah) Rasulullah sesudah beliau wafat. Kaum muhajirin berkata, “Pihak kamilah yang lebih pantas.” Kata sebagian yang lain “Pihak kami dan kalian sama-sama berhak. Kalau Rasulullah mengangkat seseorang dari kalian untuk suatu urusan, maka beliau mengangkat pula seorang dari pihak kami untuk menyertainya.” Karena perbedaan pendapat, hampir saja terjadi bencana di kalangan kaum muslimin ketika itu. Padahal jenazah Rasulullah masih terbaring, belum dimakamkan.

Hanya kalimat-kalimat mutiara yang gemerlapan dengan sinar Al-Qur’an yang sanggup mengubur bencana itu, dan menyinari jalan keluar dari jalan buntu. Kalimat-kalimat tersebut keluar dari mulut Zaid bin Tsabit Al-Anshari. Dia berucap di hadapan kaumnya orang-orang Anshar.

Katanya, “Wahai kaum Anshar! Sesungguhnya Rasulullah SAW adalah orang Muhajirin. Karena itu sepantasnyalah penggantinya or Muhajirin pula. Kita adalah pembantu-pembantu (Anshar) Rasulullah. Maka sepantasnya pulalah kita menjadi pembantu bagi pengganti (khalifah)nya, sesudah beliau wafat dan memperkuat kedudukan khalifah dalam menegakkan agama.”

Sesudah berucap begitu, Zaid bin Tsabit mengulurkan tangannya kepada Abu Bakar Ash-Shidiq seraya berkata, “Inilah Khalifah kalian! Baiatlah kalian kepadanya!”

Keunggulan dan kedalaman pengertian Zaid bin Tsabit mengenai Al-Qur’an telah mengangkatnya menjadi penasihat kaum muslimin. Para Khalifah senantiasa bermusyawarah dengan Zaid dalam perkara-perkara sulit, dan masyarakat umum selalu minta fatwa beliau tentang hal-hal yang musykil. Terutama tentang hukum warisan; karena belum ada diantara kaum muslimin ketika itu yang lebih mahir membagi warisan selain dari pada Zaid.

Umar bin Khatab pernah berpidato pada hari Jabriyah, katanya: “Hai, manusia! Siapa yang ingin bertanya tentang Al-Qur’an, datanglah kepada Zaid bin Tsabit. Siapa yang hendak bertanya tentang fiqih tanyalah kepada Muadz bin Jabal. Dan siapa yang hendak bertanya tentang harta kekayaan, datanglah kepada saya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan saya penguasa, Allah jualah yang memberinya.”

Para pencari ilmu (mahasiswa) yang terdiri dari para sahabat dan tabiin, mengerti benar ketinggian ilmu Zaid bin Tsabit. Karena itu mereka sangat hormat dan memuliakannya, mengingat ilmu yang bersarang di dadanya ialah ilmu Al-Qur’an.

Seorang sahabat lautan ilmu pula, yaitu Abdullah bin Abbas, pernah melihat Zaid bin Tsabit direpotkan hewan yang sedang dekendarainya. Lalu Abdullah berdiri di hadapan kendaraan itu dan memegang talinya supaya tenang. Kata Zaid bin Tsabit kepada Abdullah bin Abbas, “Biarkan saja hewan itu, wahai anak paman Rasulullah!”

Jawab Ibnu Abbas, “Beginilah kami diperintahkan Rasulullah menghormati ulama kami.”

Kata Zaid, “Coba perlihatkan tangan Anda kepada saya!”

Ibnu Abbas mengulurkan tangannya kepada Zaid. Zaid bin Tsabit memegang tangan Ibnu Abbas lalu menciumnya. Kata Zaid, “Begitulah caranya kami diperintahkan Rasulullah SAW menghormati keluarga Nabi kami.”

Tatkala Zaid bin Tsabit berpulang ke rahmatullah, kaum muslimin menangis karena pelita ilmu yang menyala telah padam.

Berkata Abu Hurairah, “Telah meninggal samudra ilmu umat ini. Semoga Allah menggantinya dengan Ibnu Abbas.”

Penyair Rasulullah, Hasan bin Tsabit, menangisi Zaid bin Tsabit dan dirinya sendiri dengan seuntai sajak yang indah:
Siapakah lagi merangkai sajak sesudah Hasan dan anaknya
Manakah lagi menara ilmu sesudah Zaid bin Tsabit?

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada almarhum. Amin!
[sumber: Kepahlawanan Generasi Shahabat Rasulullah SAW]

RIYA' DAN SUM'AH ( Bagian-2)

Setelah membahas definisi riya dan sum'ah baik secara etimologi maupun terminologi, tazkiyatun nafs kali ini membahas fenomena riya dan sum'ah, agar kita terhindar dari keduanya.

Fenomena Riya dan Sum'ah


Agar seorang muslim mengetahui posisinya dalam riya dan sum'ah, hendaknya dia memahami betul fenomena atau tanda-tandanya, antara lain:

1. Giat beramal saat bersama orang lain atau mendapat pujian
Giat beramal dan melipatgandakan tenaganya jika mendapat pujian atau sanjungan, dan malas atau cenderung mengurangi amal jika mendapat celaan dan kecaman. Juga apabila sedang bersama-sama dengan orang lain cenderung menambah dan meningkatkan amal, sementara kalau sendirian dan jauh dari pantauan orang lain cenderung mengurangi amal.

Terhadap dua ciri ini, Ali bin Abu Thalib r.a. Pernah bertutur, “Ada beberapa tanda bagi orang yang berlaku riya, yakni malas ketika ia seorang diri, tetapi akan sangat rajin jika bersama orang lain. Bertambah amalnya jika mendapat pujian dan berkurang amalnya jika mendapat celaan.” (Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali dan Al-Kabair, Adz-Dzahabi)

2. Menjauhi larangan Allah jika bersama orang lain, melakukannya saat sendiri
Menjauhi larangan-larangan Allah jika bersama orang lain dan melanggar larangan-larangan-Nya jika ia sedang sendiri dan jauh dari penglihatan manusia.

Rasulullah SAW bersabda:

“Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau. Akan tetapi, Allah menjadikannya debu yang beterbangan (tidak bernilai). Mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian. Mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerjakannya. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Jami' as-Saghir)

[Sumber: Aafaathun 'Ala Ath-Thariq karya Sayyid Muhammad Nuh]


sumber :bersamadakwah.com

REFLEKSI MAULID : RASULULAH SEBAGAI QUDWAH DAN USWAH

Segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah saw beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan hingga  hari pembalasan.. selanjutnya:
Rasulullah saw datang membawa agama mulia yang menegakkan keadilan, mewujudkan kesetaraan, menghancurkan kezhaliman, meruntuhkan para thaghut, dan membangun umat yang mulia serta mengajarkan manusia pada prinsip-prinsip kebebasan dan persaudaraan… karena itulah pada masa awal sejarahnya umat manusia berada dibawah naungan keadilan, kesetaraan dan kasih sayang.. tanpa perpecahan walaupun beda warna, bangsa, kedudukan atau keyakinan. Allah SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107
Dan Allah menggabungkan dua sifat Nabi yang berasal dari nama-nama Allah SWT; bersimpati dan kasih sayang. Allah berfirman: 

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (At-Taubah:128)
Rasulullah saw tidaklah memberikan warisan kepada kita dalam bentuk harta (Dinar atau dirham).. namun beliau memberikan warisan berupa amanah kehidupan secara menyeluruh yaitu Islam dan meninggalkan kepada kita pembela kehidupan disepanjang masa yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah tali Allah SWT yang membentang dari langit dan bumi, satu sisi ada ditangan-tangan kita dan sisi lainnya ada ditangan (kekuasaan) Allah. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah maka akan mendapatkan kemudahan jalan menuju Allah, dengan tali Allah manusia akan kuat. Sebagaimana pula Nabi saw meninggalkan kepada kita manhaj ilmiah dalam berbagai sisi kehidupan, barangsiapa yang mengikutinya akan selamat dari kesesatan menuju cahaya hidayah, hidup bahagia dan sejarah dan mendapat kemenangan berupa surga.
Dari Abu Hurairah ra berkata:
إِنِّى قَدْ خَلَّفْتُ فِيكُمْ مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا مَا أَخَذْتُمْ بِهِمَا أَوْ عَمِلْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِى وَلَنْ تَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَىَّ الْحَوْضَ
 ”Sesungguhnya Aku telah meninggalkan kepada kalian sehingga kalian tidak akan tersesat setelah kalian berpegang teguh kepada keduanya;  kitabulla dan sunnahku, dan tidak akan terbecah belah sehingga diberikan kepada Aku sebuah lembah” (Baihaqi)
Dan dakwah kita tergadaikan oleh dua unsur agung tadi dan dengan sirah para salafussalih -semoga Allah merahmati mereka semua-, Imam Al-Banna berkata: “Dakwah kita adalah islamiyah, dengan berbagai kondisi membawa satu kata yang memiliki makna, maka fahamilah sesuai dengan kehendak anda setelah itu, apa yang anda fahami hendaknya terikat dengan kitab Allah, sunnah Rasul-Nya dan sirah salafussalih dari umat Islam. Adapun yang berhubungan dengan kitab Allah adalah asas utama Islam dan penopangnya, sementara sunnah Nabi adalah pemberi penjelasan dan pensyarahnya, sementara sirah salafussalih adalah para pelaksana seluruh perintahnya dan penerus ajaran-ajarannya, mereka adalah contoh yang kongkret dan gambaran hidup terhadap perintah dan ajaran-ajaran Islam”. Jika ditanyakan: Kepada apa kalian menyeru? maka katakanlah: kami menyeru kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, sedangkan pemerintahan ada bagian darinya, dan kemerdekaan adalah salah satu kewajibannya”.
Rasulullah adalah Al-Qudwah dan Al-Uswah
Bahwa diantara jalan tarbiyah yang besar pengaruhnya dalam jiwa adalah tarbiyah dalam bentuk ta’assi (mencontoh) dan al-Qudwah (meneladani)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21)
Sirah Rasullah saw dan manhajnya adalah sebaik-baik pendidikan bagi setiap insan; seorang pemimpin, seorang politikus, seorang guru (pendidik), seorang suami dan seorang bapak. Beliau adalah contoh manusia yang sempurna bagi setiap orang yang ingin mendekati kesempurnaan dengan gambaran yang menakjubkan, oleh karena itulah sejak berdirinya dakwah ini diantara slogan kita adalah “Rasul adalah teladan kami” dan oleh karena itu pula Ikhwanul muslimin tidak menyeru kepada seorang pemimpinpun selain rasulullah saw. Slogan mereka adalah “Rasul adalah pemimpin kami”. Dan seorang muslim tidak mungkin mendapatkan kecintaan Allah kecuali dengan mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Ali Imran:31)
Bahkan ketika sebagian ikhwan pada salah satu perkumpulan menyeru dan menyanjung ustadz Hasan Al-Banna, maka beliau sangat marah dan melarang untuk mengulanginya kembali dalam kondisi apapun.
Oleh karena itu, umat Islam wajib mencontoh Rasulullah saw, berakhlak dengan Al-Qur’an Al-Azhim, karena akhlak Nabi adalah Al-Qur’an, dan dengan ini pula mereka menghiasi diri dengan akhlak dan kebaikan-kebaikannya. Rasulullah saw bersabda:
إنما بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الْأَخْلاَقِ
“Tidaklah Aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia” (Malik)
Dan Allah memujinya dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam:4)
Beberapa Potret kehidupan Rasulullah saw yang dapat mencerahkan jalan hidup kita
Bahwa bangsa Arab dan umat Islam secara umum saat ini sangat membutuhkan akan cahaya yang terang benderang yang berasal dari cahaya dan petunjuk Nabi saw, melenyapkan kegelapan yang menyelimuti mereka, yang diiringi dengan memancarnya fajar kemerdekaan dan cahaya keadilan serta lahirnya kemuliaan dan kekuatan bagi umat ini. Berikut ini beberapa potret tarbawiyah dari kehidupan Rasulullah saw:
Sikap beliau saat meletakkan hajar aswad
Pada saat terjadi perselisihan diantara kabilah suku Quraisya siapa diantara mereka yang berhak meletakkan hajar aswad, mereka bersepakat bahwa orang yang berhak memberikan keputusan perkara mereka adalah orang yang pertama kali masuk pada salah satu pintu masuk masjid dan berasal dari kalangan Bani Hasyim, Dan Nabi adalah orang yang pertama kali masuk pintu tersebut, maka merekapun berkata: “Ini dia Muhammad, dia adalah sosok yang jujur dan dipercaya, kami ridha dengan keputusannya, maka beliaupun akhirnya melakukan tugasnya, beliau membentangkan sorbannya dan meletakkan hajar aswad di atasnya, dan beliau meminta empat pemimpin dari setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban tersebut, sehingga mereka semua ikut mengangkatnyq, dan setelah itu beliau dengan tangannya yang penuh berkah beliau meletakkan hajar aswad ditempatnya semula. Akhirnya mereka puas dengan kejujuran dan kepercayaan Nabi saw, dan para kabilahpun cukup puas dengan keputusannya dan merasa diperlakukan dengan adil dalam keputusannya.
Sungguh, kita saat ini sangat membutuhkan sikap jujur dihadapan umat manusia; baik dalam ucapan maupun perbuatan, menjadi orang yang amanah (dapat dipercaya) untuk kemaslahatan umat dan bangsa, bersungguh-sungguh menegakkan keadilan, sehingga tidak ada tempat setelah ini bagi orang yang berdusta dan membohongi umat dan bangsanya sendiri, tidak ada kerelaan setelah ini kepada orang yang berkhianat terhadap amanah yang diberikan oleh bangsa untuk ditunaikan… atau melakukan kecurangan dan kejahatan pada jabatan mereka, melakukan kezhaliman terhadap bangsa atau menyia-nyiakan dan mengabaikan hak-hak bangsa mereka.
Harus ada kebijakan pada satu kesepakatan antara faksi-faksi yang beragam, berusaha untuk menyatukan barisan sebagai asas utama menuju kebangkitan umat dan menegakkan bangunan suatu negara.
Kami senantiasa membawa kebaikan bagi umat manusia
Islam selalu mengajak pada perbuatan baik, berkorban dengan sesuatu yang baik untuk manusia, dan hal tersebut merupakan perangai dan akhlak terpuji Rasulullah saw; dimana siti Khadijah pernah mensifati beliau dengan ungkapan:
أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا وَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Sekali-kali tidak, bergembiralah, demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya! sesungguhnya engkau pasti akan menyambung silatrrahim, berkata yang benar, menanggung kepayahan, memuliakan tamu, menolong orang membutuhkan pada kebenaran”. (Muslim)
Ini adalah salah satu sisi dari sifat beliau sebelum dibangkitkan, memberikan kebaikan di tengah masyarakat yang beliau hidup di dalamnya, dan ketika beliau hijrah maka pertama yang beliau ucapkan adalah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ، وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
“Wahai manusia tebarkanlah salam, berikanlah makan, jalinlah silaturrahim, tunaikanlah shalat malam saat manusia tertidur pulas niscaya kalian dapat masuk surga dengan penuh keselamatan”. (Ibnu Majah)
Karena itu, seorang muslim hendaknya berusaha memiliki sifat ini, menyebarkan salam dan memberikan kebahagiaan ke dalam hati-hati manusia, memenuhi kebutuhan mereka, mengeratkan tali ikatan dan saling menolong diantara umat Islam, memperkokoh tali hubungan kepada Allah, khususnya di tengah kegelapan malam.. membentengi mereka dari perpecahan dan pertikaian yang dapat menyebabkan kegagalan dan kehancuran.
Semua itu, umat kita sangat membutuhkannya, dan pintu kebaikan sangatlah luas di dalamnya, untuk dapat memahami usaha para ulama yang ikhlas yang sangat mencintai negeri mereka dan bekerja untuk menuju kebangkitannya.. memberikan kebaikan bagi umat manusia tanpa memandang perbedaan.
Dalam tafsir Fakhrurrazi saat menafsirkan firman Allah:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُم
“Engkau tidaklah mampu memberikan petunjuk kepada mereka” (Al-Baqarah:272)
Disebutkan:”Bahwa engkau tidaklah mampu memberikan petunjuk pada orang yang menentangmu sehingga menghalangi memberikan sedekah agar mereka mau masuk Islam, maka bersedekahlah kepada mereka karena Allah, jangan berhenti untuk melakukan demikian hanyak karena keislaman mereka, bandingannya adalah firman Allah:
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Al-Mumtahanah:8)
Semangat untuk tetap teguh dan menebarkan optimisme
Diantara sunah yang senantiasa terus berlangsung adalah perseteruan antara al-hal dan al-batil, adanya ujian dan penyeleksian para pembawa kebenaran, namun kemenangan tetap akan berpihak pada kebenaran walaupun pada jaulah terakhir, dan kewajiban mereka adalah agar senantiasa tsabat, yakin akan dukungan Allah yang akan memberikan kejayaan dan menghilangkan mereka dari rasa takut dan memberikan ketenteraman di tanah air mereka.. Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa”. (An-Nur:55)
وعَنْ خَبَّابِ بْنِ الأَرَتِّ، قَالَ: شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِي ظِلِّ الكَعْبَةِ، قُلْنَا لَهُ: أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ لَنَا؟ قَالَ: “كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهِ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ، حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللَّهَ، أَوِ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ، وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Dari Khabbab bin al-Arat ia berkata, “Kami mengadu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam saat beliau menjadikan kain selimut beliau sebagai bantal di sisi ka’bah. Kami katakan kepada beliau, ‘Mengapa engkau tidak memintakan pertolongan (kepada Allah) bagi kami? Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kami?’ Beliau menjawab, ‘Di antara umat sebelum kalian ada seseorang yang digalikan lubang untuknya, lalu ia dimasukkan ke dalamnya, diambillah sebilah gergaji, dan kepalanya pun digergaji di bagian tengahnya. Namun hal itu tidak menyurutkannya dari memegang agamanya kuat-kuat. Lalu diambillah sisir dari besi dan disisirkan pada kepalanya sehingga kulitnya terkelupas dan tampaklah tengkorak kepalanya. Namun hal itu pun tidak membuatnya bergeser dari agamanya. Demi Allah, bersabarlah, kalian, karena Allah akan menyempurnakan agama ini sampai ada orang yang berjalan dari Shan’a menuju Hadramaut, ia tidak takut akan sesuatu pun selain Allah atau serigala yang hendak menerkam kambing-kambingnya. Sungguh, kalian terlalu tergesa-gesa.” (Bukhari)
Dari pemahaman ini salah seorang dari Ikhwan mengalami dan tetap bersabar menghadapi berbagai siksaan di penjara penguasa zalim, namun ungkapan yang senantiasa disenandungkan adalah:
هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan”. (Al-Ahzab:22)
Seiring dengan kabar gembira berupa kemenangan, maka kita berhak menerima ganjaran dan berkewajiban menghadap Allah SWT dengan meningkatkan ketaatan kepada-Nya, meningkatkan keikhlasan dan ketawadu’an, serta meningkatkan keyakinan bahwa Allah SWT akan menyempurnakan nikmat-Nya dan mewujudkan misi yang dibangun oleh suatu bangsa karena-Nya; karena Allah SWT telah berjanji akan menjatuhkan ancaman-Nya kepada para pelaku kezaliman dan kejahatan dan membela dan memberikan kemenangan bagi orang-orang beriman:
بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
“Lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”. (Ar-Rum:47)
Lapang dada dan memaafkan
Bahwa menimpakan kata-kata buruk pada hati seorang muslim adalah lebih buruk daripada menimpakan pecutan pada tubuhnya, karena hal tersebut dapat menyempitkan dada padanya. Begitu banyak tuduhan yang dilontarkan oleh media dalam bentuk kebohongan dan kedustaan terhadap Ikhwanul Muslimin, namun mereka tetap berada dalam mengikuti dan meneladani Rasulullah saw. Allah telah berfirman:
 وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ  وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr:97-99)
Karena itu, seorang muslim harus senantiasa sibuk dengan dirinya dari apa yang mereka ucapkan, tidak membalasnya kecuali hanya sibuk dengan berzikir kepada Allah dan beribadah serta beramal dengan hal-hal yang bermanfaat untuk manusia, menghubungkan kebaikan yang dibawanya untuk orang lain, meneguhkan hatinya untuk senantiasa lapang dada dan mengedepankan maaf
فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari mereka dan Katakanlah: “Salam (selamat tinggal).” kelak mereka akan mengetahui (nasib mereka yang buruk)”. (Az-Zukhruf:89)
Inilah jalan yang mampu melemahkan kerasnya permusuhan dan melunturkan pertikaian
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushilat:34)
Berbagai peristiwa yang terjadi adalah tafsiran kongkret ayat-ayat Al-Qur’an
Wahai umat Islam, bacalah tafsir ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim, diantaranya tentang realita yang mampu menumbuhkan nilai-nilai dan menjadikannya hidup dan bergerak, kalian akan dapat melihat bahwa mereka yang dijatuhi hukuman mati akan senantiasa hidup berbeda dengan orang yang telah menjatuhi hukuman mati dan orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara tetap bebas dari ikatannya daripada orang yang telah membelenggunya, dan orang yang terhalangi geraknya untuk bisa mencapai pada suatu tempat sehingga bisa berkhidmah kepada bangsanya, mampu ditembus dan sampai kepada mereka; ikut bermalam suntuk dengan penuh kenyamanan, sementara para pendahulu mereka pergi begitu saja, begitu pula dengan mereka yang terusir jauh dari negeri dan keluarganya, dapat kembali dengan penuh keperkasaan, kemuliaan dan kebanggaan, dan mereka yang terkungkung di dalam negerinya sendiri dan tertahan untuk bisa melakukan safar, dapat leluasa pergi dan melakukan safar kemana saja yang diinginkan tanpa ada ikatan apapun… dan akan datang setelah ini insya Allah beberapa buah revolusi Mesir yang penuh berkah, semua itu dan yang lainnya dapat kita saksikan secara real dan terasa di Mesir, di Tunisia dan di Libia… ini merupakan tafsiran real akan firman Allah:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ  وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
“Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri Kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”. (Ibrahim:13-14)
Dan firman Allah:
 إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ  وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir”. (Ali Imran:140-141)
Wahai Umat Islam.. semua itu dan yang lainnya memberikan ma’rifah dan kemantapan, menjelaskan akan makna-makna yang baru terhadap ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim, semakin faham bahwa Al-Qur’an adalah benar dan nyata, memberikan ketenteraman hati, meningkatkan keteguhan dan memperbaharui cita-cita
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar”. (Fushilat:53)
Dan ketahuilah bahwa jika manusia menjatuhkan hukuman maka hukum terakhir ada pada Allah SWT, tidak lain bagi seorang muslim yang dapat dilakukan kecuali tsabat (teguh) pada kebenaran, bersabar dan berserah diri kepada Allah sehingga Allah yang menerapkan hukum Allah SWT
وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya”. (Yunus:109)
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لا يُوقِنُونَ
“Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”. (Ar-Rum:60)
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Hud:88)
Allahu Akbar
Dan segala puji hanya milik Allah.
Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’, 
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 02-02-2012
Penerjemah:
Abu ANaS MA
http://www.al-ikhwan.net

AL AZHAR MESIR GELAR MUNASHARAH PALESTINA

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw sekaligus Konser Amal untuk Munasharah Palestina tadi malam (Jum'at/17/2/2012) berlangsung cukup meriah. Konser ini menghadirkan tiga munsyid ternama Arab, 'Ishom Fathi, Muhammad Abbas, dan Abdul Fattah 'Uwainat. Acara yang diadakan di Al-Azhar Conference Center (ACC) ini merupakan kerjasama antara Persatuan Dokter-dokter Arab dan Lembaga Al-Quds Mesir. Ribuan peserta memadati gedung raksasa ini. Tidak hanya masyararakat Mesir, sejumlah warga asing termasuk mahasiswa Indonesia juga terlihat bersemangat mengikuti acara ini. Mereka datang sambil membawa atribut-atribut berlogo Palestina atau pun Hamas. Dalam kesempatan ini beberapa pemuda Palestina dari jalur Gaza turut datang menghadiri undangan panitia. Mereka sempat bercerita kepada kami tentang keadaan Jalur Gaza saat ini yang begitu memprihatinkan.

Acara yang disponsori langsung oleh Syaikh Azhar al-Imam al-Akbar Dr. Ahmad Thayyib ini dimulai sekitar jam 18.30 CLT. Acara diawali dengan pembacaan kalam Illahi oleh munsyid Ishom Fathi, dilanjutkan beberapa kata sambutan dari panitia dan utusan Al-Azhar Syaikh Hasan Asy-Syafi’i.  Penampilan pertama dibuka dengan shalawat bersama munsyid Isham Fathi, dilanjutkan beberapa lagu lainnya bertema perjuangan Palestina dan cinta tanah air. Penampilan selanjutnya dari munsyid Muhammad Abbas. Ia terlihat begitu bersemangat dan menghayati lagu demi lagu yang dibawakannya. Gemuruh pekikan takbir dan doa menggema di sela-sela penampilannya. Para peserta beridiri terbuai semangat lagu yang dibawakannya. Ada yang mengibar-ngibarkan bendera, memutar-mutar syalnya dan bertepuk tangan mengiringi lagunya. Beberapa lagu bertemakan perjuangan Suriah juga dikumandangkan dalam konser ini. Seorang utusan dari Suriah juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan kabar sekaligus permohonan doa untuk para mujahid anti pemerintahan Asad. Satu yang tak kalah menarik ketika seorang anak usia dua tahunan ikut berorasi di atas mimbar panggung meneriakkan kata-kata anti pemerintah suriah yang zalim. Para peserta pun bergemuruh mengikuti kata-katanya.

Salah satu hal yang cukup penting dalam acara ini adalah penandatanganan beberapa poin nota kesepakatan antara Persatuan Dokter-dokter Arab dan Lembaga Al-Quds Mesir untuk senantiasa membantu perjuangan rakyat Palestina. Acara diakhiri dengan Lantunan beberapa lagu oleh munsyid Abdul Fathah ‘Uwainat. (amr/wka)
 
Sumber :islamedia.web.id

Minggu, 12 Februari 2012

HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE BUAT UMAT ISLAM


Assalamu'alaikum wr. wb.
Langsung saja pertanyaan saya Ustadz, bagaimana hukum merayakan hari Valentine dalam pandangan syariah Islam? Mohon dijelaskan hakikat dan sejarahnya. Mohon dijelaskan, terima kasih
Wassalamu'alaikum wr. wb.

jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Boleh jadi tanggal 14 Pebruari setiap tahunnya merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak remaja, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan rasa kasih sayang. Itulah hari valentine, sebuah hari di mana orang-orang di barat sana menjadikannya sebagai fokus untuk mengungkapkan rasa 'kasih sayang', walau pun pada hakikatnya bukan kasih sayang melainkan hari 'making love'.
Dan seiring dengan masuknya beragam gaya hidup barat ke dunia Islam, perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat, terutama dari kalangan remaja ABG. Bertukar bingkisan valentine, semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresinya, menyemarakkan suasan valentine setiap tahunnya, bahkan di kalangan remaja muslim sekali pun.
Sejarah Valentine
Valentine’s Day menurut literatur ilmiyah dan kalau mau dirunut ke belakang, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.
Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
Katakanlah, "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al-Kafirun: 1-6)

Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama.
Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang haramnya umat Islam ikut menghadiri perayaan Natal masih jelas dan tetap berlaku hingga kini. Maka seharusnya juga ada fatwa yang mengharamkan perayaan valentine khusus buat umat Islam.
Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
Valentine Berasal dari Budaya Syirik.
Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.
Semangat valentine adalah Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?
Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah SWT berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Isra’: 32)
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc

SUM'AH DAN RIYA' (Bagian ke-1)

Diantara penyakit hati yang tidak hanya menimpa orang umum tetapi juga kader dakwah adalah riya dan sum’ah. Melalui rubrik Tazkiyah ini, Pena Tarbiyah mencoba mengetengahkan pembahasan riya dan sum’ah mulai dari definisi riya dan sum’ah, faktor penyebab, dampak buruk, fenomena riya dan sum’ah, sampai kiat mengatasinya. Insya Allah.

Definisi Riya secara Etimologi
Kata riya berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:

“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 6-7)

“… dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia.” (QS. Al-Anfal : 47)

Definisi Riya secara Terminologi
Pengertian riya secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain secara langsung agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.

Pengertian Sum’ah secara Etimologi
Kata sum’ah berasal dari kata samma’a (memperdengarkan). Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya.

Definisi Sum’ah secara Terminologi
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.

Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.

Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)

Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya:

Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya. (HR. Bukhari)

Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya artinya diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya. Na’udzubillah min dzalik.

Dalam hadits yang lain, Rasulullah menjelaskan tentang kekhawatirannya atas umat ini terhadap riya yang akan menimpa mereka. Riya yang tidak lain merupakan syirik kecil.

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Riya.” “Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjaran amal perbuatan hamba-Nya, ‘Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya terhadapnya.’ Lihat Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?” Kemudian Rasulullah mendengar seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah.” Orang tersebut ternyata Miqdad bin Aswad. (HR. Ahmad)

Demikianlah riya dan sum’ah akan membawa petaka di akhirat. Namun, tidak semua yang diperdengarkan berarti sum’ah. Dalam hal ini suara dzikir Miqdad bin Aswad tidak dikategorikan demikian. Karena riya dan sum’ah adalah penyakit hati, maka perbuatan fisik yang sama bukan berarti berangkat dari hati/niat yang sama. Bersambung ke Riya dan Sum'ah (2)


Sumber : bersamadakwah.com

PARLEMEN MESIR PUTUSKAN BOIKOT SELURUH ACARA INTERNASIONAL YANG LIBATKAN ISRAEL

Parlemen baru hasil pemilu Mesir pasca revolusi agaknya benar-benar revolusioner! Setidaknya terkait hubungan dengan Israel.

Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Majelis Rakyat Mesir, Issam Al-Arian, memutuskan bahwa parlemen Mesir akan memboikot setiap acara parlemen dan kegiatan resmi lainnya jika Israel menjadi salah satu pesertanya. Issam yang juga anggota fraksi Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) itu menegaskan bahwa normalisasi dengan entitas Zionis ditolak tegas sebagaimana kehendak rakyat Mesir.

Keputusan "berani" itu diambil Senin (6/2), menanggapi pernyataan yang disampaikan oleh anggota parlemen Hilal Al-Dandarawi mengenai posisi parlemen terhadap hubungan dengan Komite Dagang Israel dan asosiasi tenaga kerja serta Knesset Israel.

"Pertanyaan yang harus didiskusikan oleh parlemen adalah jika ada konferensi internasional yang dihadiri oleh Israel, apakah harus anggota parlemen Mesir menarik diri atau tidak?" kata Issam memulai pembahasan yang berakhir dengan keputusan memboikot seluruh acara politik atau parlemen yang dihadiri oleh delegasi Israel.

Meskipun putusan ini hanya mengikat internal parlemen dan belum sampai ke level pemerintah, ia tergolong "revolusioner" mengingat parlemen pada era Mubarak cenderung setali tiga uang dengan eksekutif dalam kedekatannya dengan Israel.

Pemilu pertama pasca revolusi mengubah drastis komposisi wakil rakyat di Kairo. Kini, Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) menduduki 235 kursi di parlemen, atau 47,18 persen. Di urutan kedua, Partai An-Nur yang berbasis Salafi menduduki 121 kursi dari 498 kursi parlemen.

Yang juga sangat berbeda dari parlemen sebelumnya, kini 140 orang anggota parlemen Mesir adalah hafizh Al Quran dan lebih dari 100 orang hafal lebih dari 10 ribu hadits. [IK/EM/Rpb/Fmd/]

Kamis, 09 Februari 2012

30 NEGARA AKAN HADIRI KTT PERTAMA "SALAM WORLD" DI ISTANBUL TURKY

Pertemuan puncak pertama dari proyek "Salam World" akan berlangsung pada tanggal 13 Februari mendatang di kota Istanbul Turki.
Proyek situs Salam World dianggap sebagai situs jejaring sosial pertama murni Islam yang berbasiskan umat Islam, dan merupakan proyek teknis yang unik secara internasional serta mengadopsi prinsip-prinsip Islam. Selain itu, situs Salam World sendiri akan sangat ketat dalam hal-hal yang dianggap melanggar ajaran Islam.
Diharapkan situs jejaring sosial berbasis multikultural multibahasa ini, bisa memenuhi persyaratan untuk melakukan penyebaran pemikiran Islam dan warisan Islam di seluruh dunia, serta menjadi alat komunikasi di kalangan umat Islam.
Lebih dari 200 tokoh Islam dari lebih dari 30 negara akan berpartisipasi dalam KTT pembukaan Salam World di hadapan para pejabat pemerintah dan para tamu penting lainnya. Konferensi ini diharapkan akan diadakan setiap tahun dalam rangka menciptakan interaksi antara ilmuwan negara Islam dan pemimpin masyarakat Islam, selain pakar teknologi untuk mendukung proyek besar Islam.
Seperti yang diharapkan, situs "Salam World" (salamworld.com) akan resmi dilaunching Ramadhan tahun ini dalam 8 bahasa resmi, dan diharapkan mampu menargetkan 50 juta pengguna selama 3 tahun mendatang.(fq/iqraa)

10 SAHABAT NABI YANG DIJAMIN MASUK SURGA

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.” (Qs At-Taubah : 100)
Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.
2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.
7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.
8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.
9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Sumber: http://www.dakwatuna.com

2 DOA + 1 KEJUJURAN = NIKAH PENUH BERKAH

Imam Ibnu Rajab dan lainnya menuturkan kisah unik berikut ini.
Sekali waktu pernah ada seorang laki-laki ahli ibadah di Mekkah, yang kehabisan bekal, sampai mengalami kelaparan yang dahsyat, bahkan hampir binasa karenanya. Dan saat menyusuri salah satu jalan di Kota Suci, dengan kondisinya yang memprihatinkan tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah kalung yang tampak sangat berharga tergeletak di jalan yang dilewatinya. Iapun memungutnya dan membawanya ke Masjidil Haram. Tak dinyana ternyata disana ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang sedang mencari-cari kalung putrinya yang hilang. Ia berkata: Bapak tersebut lalu menyebutkan ciri-ciri kalung yang dicari-carinya itu, dan ternyata persis sesuai dengan yang kutemukan. Maka tanpa ragu akupun langsung menyerahkannya kepadanya. Dan tanpa mengambil imbalan apapun darinya. Hanya saja saat itu aku sempat berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku telah melepaskan kalung ini (dengan menyerahkannya tanpa imbalan kepada pemiliknya) dengan ikhlas demi Engkau. Maka karuniakanlah kepadaku pengganti yang lebih baik!
Selanjutnya dikisahkan bahwa, sang lelaki saleh dan jujur tersebut kemudian ditaqdirkan ikut dalam sebuah pelayaran di laut lepas. Dan karena saat itu angin sedang kencang-kencangnya, maka badai dan ombak besarpun mengombang-ambingkan dan menggulung perahu yang ditumpanginya. Sampai akhirnya perahupun pecah dibuatnya. Namun Allah masih berkehendak untuk menyelamatkannya dengan perantaraan sebatang kayu dari pecahan perahu, yang lalu dinaikinya sambil berenang, sebelum akhirnya ia terdampar di pantai sebuah pulau. Ia naik ke daratan pulau terpencil tersebut. Ia berkata: Alhamdulillah ternyata aku langsung menemukan sebuah masjid disana. Aku masuk dan duduk di dalamnya, serta tentu saja lalu ikut shalat berjamaah bersama masyarakat di masjid itu. Kemudian seusai shalat, aku mendapati lembaran-lembaran mushaf Al-Qur’an. Aku mengambilnya dan membacanya. Sehingga para jamaahpun berkata kepadaku: Maukah Engkau mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak kami? Tentu saja aku terima tawaran mereka dengan senang hati. Akhirnya aku mengajari anak-anak mereka itu membaca Al-Qur’an dengan sedikit imbalan upah. Lalu ketika tahu bahwa aku juga bisa menulis khath dengan baik, merekapun memintaku untuk sekaligus mengajarkan tulis menulis khath kepada putra-putra mereka.
Dan yang benar-benar tak kuduga sama sekali sebelumnya adalah tawaran mereka berikutnya. Mereka berkata: Disini ada seorang gadis yatim, putri seorang lelaki saleh dan baik dari warga kami. Ayahnya telah wafat, sehingga sang gadis piatupun kini bak hidup sebatang kara. Maksud kami, bersediakah Engkau menikahinya? Dan untuk tawaran tak terduga yang satu ini bahkan hampir tanpa perfikir akupun langsung menyanggupinya seraya berkata: Ya baiklah, tidak apa-apa, saya bersedia. Dan singkat cerita, akupun kemudian menikah dengan sang gadis.
Dan sejurus saat pertama kali kami berkumpul bersama sebagai suami istri, aku sempat kaget demi melihat kalung yang kutemukan di Mekkah dulu itu ternyata melingkar indah di leher istriku. Aku bertanya: Bagaimana ceritanya? Maka istripun mennyampaikan kisah bahwa, kalungnya itu pernah sempat hilang di Mekkah, lalu ditemukan oleh seorang laki-laki baik hati dan jujur, yang menyerahkannya kembali kepada bapaknya. Istri juga bercerita dan berkata: Kala itu Bapak juga sempat berdoa kepada Allah agar dipertemukan lagi dengan lelaki penemu kalung tersebut, untuk dinikahkan dengan putrinya, yang tidak lain adalah aku. Disini sang suami serta merta menimpali: Dan tahukah kamu bahwa, lelaki itu tiada lain adalah aku sendiri..!
Subhanallah..!
Sumber:Status FB  Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

5 BUAH SEDEKAH YANG DIPETIK DI AKHIRAT

Saudaraku…
Sebelumnya telah kita ulas mengenai 5 buah sedekah yang sangat manis yang dapat kita petik di dunia. Lalu buah apa yang dapat kita petik di akherat dari benih sedekah yang kita tanam di dunia?.
Abu Laits As Samarkandi rahimahullah pernah berkata, “Sedangkan lima buah kebaikan sedekah yang dapat kita petik di akherat adalah:
• Sedekah sebagai payung pelindung dari teriknya api neraka.
• Ia dapat meringankan hisab.
• Memberatkan timbangan kebaikan.
• Sukses melewati sirath.
• Mengangkat derajat di surga.
Saudaraku….
Di musim kemarau saat suasana hari terasa terik, sinar matahari membakar kulit, maka yang biasa kita lakukan adalah berlindung di bawah payung, berteduh di bawah pohon yang rindang dan mencari ruangan ber-AC agar tubuh kita terasa sejuk dan segar.
Sedemikian besar harapan manusia untuk selalu mengecap ketenangan hidup. Suasana yang nyaman dan tenteram. Jauh dari suasana lembab dan berkeringat, pengap dan gerah di sepanjang hari. Baik itu di rumah tempat tinggal kita, kendaraan, tempat kerja dan seterusnya.
Namun pernahkah kita membayangkan, seberapa besar tensi panas api neraka yang disediakan Allah swt untuk membakar tubuh penghuni neraka?. “Api kalian (di dunia) ini, yang dipergunakan bani Adam (untuk keperluan sehari-hari) adalah sepertujuh puluh panasnya api di neraka Jahannam.” (muttafaq ‘alaih).
Wal ‘iyadzu billah, sedemikian panas api neraka itu. Padahal api di dunia mampu menghanguskan tubuh manusia beberapa menit lamanya. Apa jadinya tubuh manusia jika dibakar dengan api neraka di akherat kelak?.
Salah satu payung pelindung dan tempat berteduh dari sengatan api neraka itu adalah dengan memperbanyak sedekah. Dan sebaik-baik sedekah adalah yang kita keluarkan secara rahasia, tidak diketahui oleh orang lain. Orang yang mampu bersedekah seperti ini merupakan satu golongan dari tujuh golongan yang disebut Nabi saw; yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Di hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya.
Siapa di antara kita yang tidak ingin dimudahkan oleh-Nya pada hari perhitungan amal. Hitungan yang tepat tak pernah salah dan meleset. Audiet yang tak mengenal kompromi. Siapapun kita dan apapun jabatan kita. Yang menyelamatkan kita di hari itu hanyalah iman dan amal shalih. Di antara amal unggulan untuk meringankan hisab kita adalah sedekah.
Yang akan memberatkan timbangan kita nanti di yaumil mizan adalah amal-amal baik kita. Rasulullah pernah menyindir kita perihal orang yang memiliki tubuh yang besar dan gemuk, tapi setelah ditimbang di akherat ternyata beratnya tidak lebih dari sayap nyamuk. Sementara Abdullah bin Mas’ud ra yang bertubuh kurus kering, tapi kedua betisnya jika ditimbang lebih berat dari gunung Uhud.
Dengan memperbanyak sedekah insyaallah, timbangan amal kita menjadi lebih berat biidznillah.
Saudaraku…
Menjadi bagian iman kita kepada yang ghaib adalah bahwa kita sebagai seorang mukmin akan melalui Sirath, jembatan yang terbentang di atas neraka yang harus kita lalui menuju ke surga. Ada yang sukses melewatinya secepat kedipan mata. Ada yang melaluinya seperti angin kencang. Ada yang seperti kilat. Ada yang seumpama burung. Ada yang ibarat penunggang kuda, penunggang unta. Ada yang berjalan dengan merangkak dan ada yang terjatuh. Demikian Nabi saw memberi gambaran keadaan orang-orang mukmin ketika melewati Sirath.
Keselamatan dan kesuksesan melewati Sirath kelak di akherat sana menjadi permohonan kita semua. Mari kita buktikan kesungguhan do’a kita itu dengan memperbanyak sedekah.
Saudaraku…
Rasul bersabda, “Sesungguhnya surga itu ada 100 tingkatan. Jarak antara satu tingkat dengan tingkatan berikutnya seperti jarak antara langit dan bumi.” (shahih al jami’, syekh Al bani).
Masing-masing tingkatan memiliki keistimewaan tersendiri. Dan tingkatan tertinggi adalah surga Firdaus, yang di sana dihuni oleh para nabi dan rasul, orang-orang yang mati syahid, orang-orang yang jujur dan shalihin.
Tentu menjadi tetangga para nabi dan rasul serta para sahabat dan orang-orang yang menghuni surga Firdaus tidaklah mudah. Seperti disebutkan dalam syair, “Tidak sedikit mahar yang perlu dibayar. Tidak sedikit pedih yang ditagih.”
Salah satu mahar yang harus dibayarkan adalah sedekah. Karena dalam harta kita, dalam rezki kita ada hak orang-orang yang tak punya.
Saudaraku…
Jika sedemikian manis buah sedekah yang bisa kita petik di akherat, apakah kita masih enggan bersedekah? Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)