“Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf:108).

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Ummat

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Yang Tegar Di Jalan Dakwah

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Selasa, 29 Mei 2012

KADO ISTIMEWA UNTUK ORANG TUA

Saudaraku..
Anak keturunan merupakan sumber kebahagiaan kita dalam hidup. Sebuah keluarga yang jauh dari suara tawa dan tangisan anak-anak, terasa sepi, mencekam dan kaku. Tidak jarang hubungan pasutri menjadi hambar, pemicunya adalah karena buah hati yang didamba tak kunjung datang menghampiri keluarga.
Aisyah radhiallahu anha, sering cemburu terhadap Khadijah radhiallahu ‘anha, karena Nabi saw sering menyebut nama Khadijah di depannya. Bukankah salah satu penyebabnya adalah karena Khadijah satu-satunya istri beliau yang dapat memberikan keturunan untuknya? Yang tentunya tidak beliau dapatkan dari ummahatul mukminin lainnya?.
Anak adalah penyambung amal shalih setelah kepergian kita ke alam baqa. Ia merupakan tali cinta dalam sebuah keluarga. Keberadaannya di hati ini tak tergantikan oleh kekayaan dunia seberapa pun besarnya. Ia merupakan investasi paling berharga dalam hidup kita.
Namun, saudaraku..
Jika kita memiliki anak-anak yang rapuh dalam kepribadian. Berperangai buruk. Berakhlak tercela. Memiliki iman yang ringkih dan yang senada dengan itu. Maka mereka bisa menghitamkan wajah kita. Mencoreng nama baik keluarga kita. Dan tentunya bisa menjadi investasi neraka bagi kita di akherat sana.
Untuk itu, kita perlu mendidik dan mengarahkan mereka. Agar mereka senantiasa berada di atas jalan hidayah. Menapaki tangga-tangga kebahagiaan yang hakiki serta terhindar dari jalan yang sesat dan menyimpang. Di mana tujuan akhir dari pendidikan yang kita garap adalah menyelamatkan anak-anak kita dari siksa neraka. “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka.” At tahrim: 6.
Mendidik anak tak semudah membalikan telapak tangan. Banyak pengorbanan yang harus kita keluarkan. Berkorban harta, waktu, tenaga, potensi yang kita miliki dan tak jarang kita mengorbankan perasaan kita.
Terkait dengan pendidikan anak, syekh Mustafa Siba’i dalam bukunya “hakadza allamatnil hayat”, membagi pengalamannya dengan kita. Berikut petikannya:
• Jauhkan anak-anak kita dari teman pergaulan yang rapuh kepribadiannya seperti kita menjauhkannya dari penyakit berbahaya. Kita mulai prinsip ini dari masa kecilnya. Jika tidak, maka kita seolah-olah membiarkan anak kita terserang penyakit kronis, sehingga tiba masanya obat penawar tak lagi memberikan manfaat baginya.
• Keras dalam mendidik anak, akan membawanya pada sifat durhaka. Berlebih-lebihan dalam memanjakan anak, akan menyeretnya pada perilaku menyimpang. Anak yang tumbuh dalam didikan keras dan terlalu dimanja akan melahirkan perilaku kriminal.
• Anak itu seperti mahar. Jika kita memberi setiap apa yang diminta, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang keras kepala, sulit diarahkan. Jika kita tolak semua permintaannya, maka ia akan menjadi anak yang buruk perangainya, membenci semua orang yang ada di sekitarnya. Jadilah kita orang yang bijak dalam memberi dan membatasi keinginan anak. Jangan sekali-kali kita memanjakannya berlebihan atas nama cinta, karena hal itu bisa merenggut kebahagiaan kita dan kebahagiaannya.
• Banyak orang tua yang lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Padahal pengalaman mengajarkan; anak perempuan lebih banyak mendatangkan kebahagiaan daripada anak laki-laki.
• Biasakan anak-anak kita hidup mandiri walaupun kita hidup dalam kecukupan. Dan jika ia telah mampu membuka kran-kran rezki, tanpa diimbangi dengan semangat menuntut ilmu pengetahuan, waspadalah! Jika kita tetap memanjakannya dengan memberinya makan di meja makan kita. Atau memberinya tempat tinggal di rumah kita. Atau memenuhi kebutuhannya dari saku kita. Maka berarti kita telah membunuh ruh perjuangannya dalam menjalani kehidupan. Pengalaman hidup telah membuktikan hal itu.
• Seorang anak yang putus asa karena tak mendapatkan curahan kasih sayang orang tua, maka ia akan tumbuh menjadi anak durhaka. Tapi jika ia terlalu kenyang mendapat curahan kasih sayang, maka ia akan tumbuh menjadi anak pemalas. Sebaik-baik orang tua adalah orang yang tak menghalangi anak keturunannya mendapat kasih sayangnya dan tidak pula menjadikan anak bersandar pada kebaikan orang tua (tak mandiri).
• Teramat keras dalam mendidik anak, maka ia akan memutus tali hubungan dengan kita. Terlalu lemah dalam mendidik (memanjakannya berlebihan), berarti kita telah memutuskan tali-nya dari kita. Hendaknya kita bijak dalam mendidiknya (di antara keduanya), karena jika tidak maka akan terlepaslah tali kekang itu dari tangan kita.
• Membiasakan anak untuk merasakan beban tanggung jawab dalam menjalani hidup, maka hal itu lebih baik daripada kita membiarkannya tenggelam dalam kenikmatan hidup, bertumpu pada orang tua.
• Jangan sampai kita meninggalkan harta kekayaan kita kepada anak-anak yang rusak akhlaknya. Karena sesungguhnya mereka akan menghabiskan harta kita dalam sehari, padahal kita telah mengumpulkannya bertahun-tahun lamanya. Lalu mereka mencoreng nama baik kita, melukai kemuliaan keluarga kita serta memberatkan urusan kita kepada Zat yang Maha cepat hisab-Nya.
• Anak yang shalih akan selalu mendo’akan kebaikan buat kita. Karenanya manusia akan mengenang kebaikan kita lantaran kita mampu mendidiknya. Setelah kita menghadap-Nya, maka anak-lah yang akan menyambung kebaikan untuk kita atau sebaliknya menghadirkan keburukan untuk kita. Anak-anak adalah bagian dari hati kita. Apakah kita ingin hal yang buruk menggerogoti hati kita, yang menyebabkan hati kita sakit dan terluka? Atau kita menginginkan hati kita selalu sehat wal afiat?.
• Sekiranya setiap orang tua (baca; ayah) mengkhususkan waktu tertentu dalam setiap hari untuk menemani anaknya, tentulah para orang tua tidak banyak merasa lelah dalam mendidik anak-anaknya.
• Orang tua yang tak memiliki pengetahuan, merasa senang dengan tampilan lahir anaknya yang tampan atau cantik. Meskipun akhlaknya kurang terpuji. Sedangkan orang tua yang cerdas, gembira dengan keindahan akhlak anaknya, walaupun anaknya tak memiliki ketampanan wajah atau berparas menarik.
• Orang tua yang besar adalah orang yang berusaha sekuat tenaga menjadikan anaknya lebih besar darinya. Orang tua yang cerdas berupaya menjadikan anaknya seperti dirinya. Tidak terbayang, jika ada orang tua yang menginginkan anaknya lebih kecil darinya.
• Orang tua akan berbahagia dengan kelahiran anaknya. Namun kebahagiaan itu sirna manakala menyaksikan anaknya tumbuh menjadi anak yang perangai kurang terpuji. Siapa yang mampu menyandingkan dua kebahagiaan yakni; kelahiran dan pertumbuhan anak shalih, maka ia seolah-olah telah meraih kebahagiaan dengan dua kelahiran sekaligus.
• Saat kita meninggalkan anak yang shalih, maka kita seperti terlahir kembali setelah kita wafat. Sebaliknya saat kita meninggalkan anak yang rapuh kepribadiannya, maka seolah-olah kita meninggal dunia dua kali.
• Ya Tuhanku, sekiranya Engkau tidak menciptakan untuk kami perasaan menjadi orang tua dan tidak Engkau janjikan pahala yang besar untuk kami dalam mendidiknya, niscaya kelahiran anak-anak kami dan kesusahan dalam mendidik mereka menjadi sia-sia. Yang sulit dipahami oleh orang yang menggunakan akalnya.
• Orang tua tidak pernah lupa, beratnya mendidik anaknya, terkecuali jika ia melihat anaknya berbakti dan istiqamah di atas jalan ketaatan. Dan orang tua tak akan pernah dihinggapi penyesalan atas kelahiran anak dan kesusahannya dalam mendidiknya, terkecuali jika ia menyaksikan anaknya durhaka dan menyimpang dari jalan yang lurus.
• Medan perjuangan orang tua adalah medan pendidikan anak. Karena mendidik anak lebih sulit daripada jihadnya para pahlawan di medan perang.
• Salah satu kendala orang tua dalam mendidik anak adalah usia yang telah uzur sementara anak-anak masih belia. Maka bersegeralah kita menikah di usia dini, mengakhiri masa lajang setelah kita berstatus mampu.
• Kepada Allah kita mengadu, dengan kesungguhan yang telah kita kerahkan dalam mendidik anak-anak kita di rumah. Kita titipkan mereka kepada Allah, agar Dia menjaga mereka di madrasah dan lingkungan tempat mereka bergaul.
• Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Di antara fitrahnya adalah bahwa ia suka meniru hal-hal yang dilihatnya. Dan yang paling disukainya adalah ia bisa meniru perilaku ayah dan ibunya. Bukankah ia senantiasa memperhatikan kita saat berdekatan dengan kita atau ibunya? Bukankah ia senantiasa memperhatikan kita bagaimana kita berinteraksi dengan dia dan manusia di sekeliling kita?.
• Siapa yang membawa keburukan ke dalam rumahnya, berarti ia telah mengundang anak dan istrinya berpartisipasi dalam keburukan tersebut, meskipun ia beranggapan bahwa ia telah menghilangkan jejaknya itu dari mereka.
• Pernah terjadi dialog antara seorang ayah dan anak yang sama-sama buruk perangainya.
Sang ayah berkata kepada anaknya, “Tidakkah kamu malu denganku? Kamu berlaku buruk kepadaku padahal aku telah mendidikmu?.”
Sang anak menjawab, “Seharusnya engkau lebih malu kepada Tuhan-mu. Engkau telah berbuat buruk terhadap-Nya padahal Dia telah menciptakanmu dan mengucurkan berbagai nikmat kepadamu.”
Ayahnya berkata, “Akan tetapi Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sang anak berkata, “Seharusnya, itu yang aku dapatkan darimu. Engkau memaafkan kesalahanku dan menyayangiku.”
Sang ayah berkata, “Namun, rahmat Allah akan memasukkan aku ke dalam surga, sedangkan rahmatku untukmu akan memasukkanmu ke dalam neraka.”
Sang anak berkata, “Sekiranya engkau memperhatikan pendidikanku sejak kecil, tentulah aku mencukupkan rahmat-Nya untukku dan tak membutuhkan rahmatmu.”
Sang ayah berkata, “Maukah kamu mentaatiku?.”
Sang anak berkata, “Mustahil! Sebelum engkau kembali mentaati Allah Swt.”
Sang ayah berkata, “Bukankah kamu tidak menghormatiku selaku orang tua di hadapan manusia?.”
Sang anak berkata, “Kedua tanganmu berbisa dan mulutmu berbusa.”
• Seorang anak sejak lahir membawa tabiat tertentu. Kedua orang tua tak mampu merubah tabiat pada anaknya. Hanya saja keduanya mampu untuk memperhalusnya. Adapun akhlak budi pekerti anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikannya. Dari sini, hendaknya orang tua menjalankan perannya yang vital untuk membahagiakannya atau sebaliknya malah menyengsarakannya.
• Anak laki-laki lebih banyak terwarnai ayahnya. Sedangkan anak perempuan banyak dipengaruhi ibunya. Para ibu yang tak terdidik akan mendidik anak-anak perempuannya dengan jalan; melontarkan celaan dan memberikan kutukan kematian dan kebinasaan. Para ayah yang sempit pengetahuannya, mendidik anak laki-laki mereka dengan cara memukul dan merendahkannya.
“Ya Rabb, jadikanlah anak-anak kami penyejuk mata hati kami. Dan jadikanlah mereka imam bagi hamba-hamba-Mu yang bertakwa, amien.”
Riyadh, 05 Mei 2012 M.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far

JIWA BESAR = JIWA PEMBERI

“Tangan diatas (penginfak/pemberi) itu lebih baik dan lebih mulia daripada tangan dibawah (peminta) (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
“Mereka (orang-orang yang bertaqwa itu) adalah orang-orang yang selalu berinfak (memberi), baik saat senang atau lapang maupun kala susah atau sempit” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 133).
“Adapun barang siapa yang memberi, bertaqwa dan membenarkan balasan terbaik (Surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kemudahan/kebahagiaan” (QS. Al-Lail [92]: 5-7).
“Sedangkan barang siapa yang kikir (enggan memberI), congkak karena merasa tidak butuh (kepada rahmat Allah), dan mendustakan balasan terbaik (Surga), maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran/kesengsaraan (QS. Al-Lail [92]: 8-10).
Maka jiwa besar itu adalah jiwa pemberi. Sedangkan jiwa kerdil adalah jiwa peminta-minta kecuali kepada Allah Ta’ala. Dan semua kita bebas memilih untuk berjiwa besar atau bermentalitas kerdil.
Namun agar seseorang bisa berjiwa besar dan bermentalitas pemberi, diperlukan untuknya dasar keimanan yang baik, kesadaran yang memadai dan pembiasaan diri yang cukup.
Sementara itu perlu dipahami dan disadari benar bahwa, dalam kaedah fiqih pemberian, yang terpenting itu bukanlah apa dan berapa kadar yang diberikan. Melainkan seikhlas apa hati seseorang saat memberikan apapun yang dipunyainya.
Sebagaimana penting sekali selalu diingat bahwa, setiap pemberian, apapun bentuknya dan seberapapun kadarnya, bisa bernilai sedekah tinggi, termasuk dengan sekadar memberikan senyuman cerah, sapaan ramah atau kata-kata yang mengarah dan menggugah.
Dan satu kaedah lagi yang sangat penting diingat dan disadari bahwa, jika kita telah ikhlas, jujur dan sungguh-sungguh memilih jalan hidup untuk berjiwa besar dengan menjadi pemberi, maka kita harus yakin seyakin-yakinnya bahwa, Allah pasti menjamin untuk selalu menyediakan apa-apa yang harus dan laik kita berikan.
Dan sebagai penutup, jangan lupa pula kaedah ini. Yaitu bahwa, saat dalam kondisi dan situasi leluasa memilih, sebisa mungkin utamakan dan prioritaskanlah selalu bentuk-bentuk atau jenis-jenis pemberian yang bernilai istimewa, yakni yang memperhatikan, mempertimbangkan, dan memadukan antara kemampuan yang ada dan kebutuhan penerima.
Wallahul Muwaffiq ila aqwamith-thariq, wa Huwal Hadi ila sawa-issabil.
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

LELAHNYA HIDUP MENYENDIRI (Sebuah bisikan lembut untuk para LAJANG)

Saudaraku..
Suatu senja, saat angin sepoi-sepoi menyapa wajah, ada seorang teman yang menyanyikan gending-gending hatinya. Ia berbicara dari relung hatinya yang paling dalam. Matanya berkaca-kaca menerawang jauh membelah zaman. Tetesan bening berjatuhan dari kelopak matanya yang sayu. Ia mengungkapkan angan-angannya perihal seorang dara manis tambatan hatinya, yang selalu memenuhi cakrawala pikirannya.
Hasrat dan dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup telah banyak menyita konsentrasinya. Terlebih usia yang semakin merambat naik. Daya serap terhadap suatu ilmu pengetahuan tidaklah setajam dulu. Konsentrasi dalam menjalani hidup seolah-olah hilang seiring dengan perginya musim dingin.
Shalat yang dilakukannya sangat jauh dari kata khusu’. Ketika membaca do’a iftitah, “Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan es,” yang muncul justru bayangan puteri salju melambai-lambai menarik simpati. Demikianlah semakin lama, bacaan shalat pun semakin hilang dari nilai penghayatan.
Hidup menyendiri memang sangat melelahkan. Jiwa lunglai karena didera oleh perasaannya sendiri. “Kesendirian adalah kumpulan duka nestapa”, demikian Khalil Gibran menyindir para lajang.
Wajar, jika syekh Mustafa Siba’i menggambarkan, “Ibadahnya seorang lajang, pikirannya dipenuhi bayang-bayang setan. Sedangkan ibadah orang yang telah menikah, pikirannya dipenuhi dengan cinta Ar Rahman.”
Saudaraku..
Barangkali sahabat kita tadi hanya salah satu dari sekian banyak orang yang masih sendiri dalam meretasi perjalanan hidup di dunia ini. Sendiri tanpa seorang pendamping yang dapat membantunya semakin dekat kepada Allah Swt. Sendiri mengarungi samudera hari yang sepi sunyi. Tersiksa membendung gelombang syahwat biologis yang belum tersalurkan dalam ridha Ilahi Rabbi.
Orang yang masih sendiri (lajang), ia merasakan sepi dalam kesendiriannya. Dan sunyi dalam keramaian. Kepahitan memantul dari senyumnya. Berduka di balik canda tawanya.
Saat pulang kerja, tiada yang dilihatnya melainkan dinding dan tembok rumah yang mulai retak. Di sana sini terlihat pakaian kotor berserakan. Yang ada di langit-langit pikirannya hanyalah khayalan-khayalan semu belaka. Tidur pun bertemankan bantal guling dan lamunan. Terasa sulit mata untuk dipejamkan. Bertandang ke rumah teman dengan tujuan menghilangkan kepenatan. Bisikan-bisikan setan membangkitkan nafsu kemaksiatan. Kondisi semacam ini terus berulang tanpa ada kepastian dan perubahan. Terkecuali bila telah mengakhiri masa lajang dengan ikatan pernikahan. Yang akan menghantarkannya pada kehidupan yang penuh dengan keberkahan.
Saudaraku..
Apa yang menjadi alasan bagi seseorang yang bertahan hidup membujang? Sebagian orang terinspirasi lagu Koes Plus tempo dulu, “Memang enak jadi bujangan. Kesana kemari tiada yang melarang..”. Faktanya, malah banyak lajang yang kelimpungan menanggung beban. Beban mental dan beban yang di bawah pusar.
Ada yang beralasan belum mapan secara ekonomi. Padahal setelah nikah, seorang suami berkewajiban memberi nafkah bagi pasangannya; sandang, pangan, papan dan yang seirama dengan itu. Jika ini pemicunya, berarti ia belum membenarkan janji Allah Swt, “Jika mereka miskin, maka Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.” An Nur: 32.
Dan ada pula yang berargument, belum mendapatkan gadis pilihan yang cocok dan sreg di hati. Bisa jadi kriteria calon pendamping hidup yang diminta terlalu tinggi, sehingga sulit ditemukan di alam realita. Misalnya, mendambakan seorang dokter yang hafal Qur’an dan berusia 17 tahun dan seterusnya. Atau barangkali menargetkan pendamping hidup yang sempurna tanpa cela. Sempurna baik dari sisi zahir dan bathin. Hal ini jelas tak akan dia dapatkan, hingga ajal menjemputnya.
Menempuh pendidikan tinggi. Mendaki puncak prestasi dan yang senada dengan itu, juga menjadi alasan seseorang menikmati masa lajang.
Padahal jika kita belajar dari era generasi terbaik; zaman sahabat, kita temukan satu fakta bahwa menggapai prestasi terbaik, mencapai kematangan pribadi dan kedewasan berpikir serta kelayakan menerima amanah, dimulai pasca pernikahan.
Usamah bin Zaid ra, di usia 18 tahun ia memimpin sebuah pasukan yang di dalamnya ada beberapa sahabat senior dari kalangan Muhajirin, semisal; Abu Bakar dan Umar. Saat itu ia sudah menikah dengan Fatimah binti Qais ra.
Zaid bin Tsabit ra, diberi kepercayaan oleh Nabi saw untuk menulis wahyu di usia belum mencapai 20 tahun, ia juga bukan berstatus lajang lagi.
Jabir bin Abdullah ra, di usia sangat muda ia telah mempersunting seorang janda. Dengan pertimbangan, istrinya bisa mengayomi adik-adiknya yang semuanya adalah perempuan. Prestasi Jabir sangat luar biasa di medan perjuangan dan Islam. Ia banyak meriwayatkan hadits. Demikian pula ia menjamu Rasul saw dan para sahabatnya di perang Khandaq, yang kurang lebih selama 3 hari mereka tak menemukan makanan sepotongpun.
Begitulah para sahabat Nabi saw, dengan segudang prestasi di hadapan Allah Swt dan manusia. Prestasi mengagumkan untuk dunia dan akherat, mereka raih setelah menggenapkan separuh dien-nya, yakni pernikahan. Di usia yang terbilang muda, kurang dari 25 tahun.
Saudaraku..
Kehidupan lajang ibarat seseorang yang hidup tanpa pakaian yang menutupi tubuhnya. Di musim dingin, bibirnya membiru melawan cuaca dingin yang menusuk tulang sumsum. Di musim panas, tubuhnya terbakar hangus lantaran tiada pakaian yang melindungi tubuhnya dari sengatan matahari. Allah Swt menggambarkan dalam al Qur’an, ”Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun pakaian bagi mereka.” Al Baqarah: 187.
Dunia lajang seperti petani miskin yang tak memiliki lahan, sawah dan ladang. Hidupnya bergantung kepada orang lain. Menggantungkan nasib pada si pemilik sawah dan ladang. Sungguh indah Allah Swt menggambarkan, “Istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam.” Al Baqarah: 223.
Oleh karena itu, para lajang hidupnya akrab dengan negeri rantau. Tidak betah menikmati hidup di kampung halaman sendiri. Bahkan di rumah sendiri pun, tidak betah berlama-lama tinggal di sana. Hal itu wajar, karena memang belum ada yang membuatnya betah tinggal di rumah dan tiada sosok lemah lembut yang mengkhawatirkannya masuk angin jika banyak keluar rumah.
Saudaraku..
Renungkanlah sabda Nabi saw ini, “Seburuk-buruknya manusia di antara kamu adalah orang yang hidup melajang.” H.R; Ahmad.
Oleh karena itulah generasi terbaik ummat ini sangat berhati-hati dan mewaspadai permasalahan ini.
Ibnu Abbas ra pernah berkata, ”Menikahlah kalian, karena satu hari bersama seorang istri, lebih baik dari pada shalat yang dikerjakan (orang yang belum menikah) selama satu tahun.”
Ibnu Mas’ud ra pernah berkata pada saat ia tertusuk pedang ketika perang sedang berkecamuk, ”Nikahkanlah aku, sebab aku merasa malu jika menghadap Allah Swt dalam keadaan membujang.” Ia juga pernah bertutur, “Sekiranya aku tahu bahwa sisa usiaku tinggal sepuluh hari lagi, maka aku segera akan menikah, agar aku tidak menghadap Allah dalam keadaan membujang.”
Muadz bin Jabal ra ketika kedua istirinya meninggal dunia karena menjalarnya wabah kolera, sementara ia mulai terjangkiti, maka ia berkata, “Nikahkanlah aku, karena aku khawatir akan mati, dan menghadap Allah dalam keadaan tidak beristri.”
Saudaraku..
Alangkah indahnya jika kita yang masih hidup menyendiri, merenungi pesan Syekh Mustafa Siba’i rahimahullah:
“Jangan engkau tunda mengakhiri masa lajangmu karena beratnya beban yang ditanggung.
Karena satu hari yang dilalui orang yang melajang, lebih berat daripada memikul bongkahan gunung yang besar.
Jangan engkau menunda pernikahanmu, karena banyaknya nafkah yang harus dikeluarkan.
Ketahuilah bahwa nafkah yang dikeluarkan orang yang menikah ibarat orang yang membiayai taburan benih di pematang sawah.
Sedangkan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang hidup menyendiri laksana menebar benih di lautan biru.”
Saudaraku..
Bagi anda yang masih hidup menyendiri, jujurlah pada hati nurani. Jangan biarkan luka di hatimu semakin menganga lebar tanpa ada yang membantumu membalut luka itu. Jangan biarkan awan mendung menggelapkan wajahmu. Sudah waktunya keceriaan hidup anda kecap, dalam indahnya pelangi pernikahan.
Bagi kita yang telah memiliki pendamping hidup, mari kita rawat dan jaga pakaian milik kita. Kita tanam benih kebaikan di sawah ladang milik kita. Sehingga kita dapat meraih hasil panen yang berlimpah ruah. Di dunia kini dan akherat sana. Amien.
Riyadh, 25 Mei 2012 M
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

SEBAB HIDUP TAK MENGENAL SIARAN TUNDA

Saudaraku, hidup ini hanya sekali. Maka, buatlah yang sekali itu menjadi “sesuatu”. Waktu dan umur yang kita lewati, sekali berlalu, tak pernah kembali. Ia pergi dengan segenap catatan yang menggoresnya. Berbuatlah dalam kebajikan, sekecil apapun! Semoga kebaikan yang kecil itu menambah berat amal timbangan kebaikan kita di akhirat kelak.Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka bekerjalah dalam kesungguhan dan keikhlasan. Sekali waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali. Setiap detik yang bergeser dari jam tangan kita telah menjadi sesuatu yang lampau. Ia pergi dan kita masih di sini, dengan sejuta persoalan yang membelenggu diri kita. Seorang penyair sufi berkata,
ما من يوم ينشق فجره إلا وينادى “يا ابن آدم أنا خلق جديد وعلى عملك شهيد، فتزود منى فإنى إذا مضيت لا أعود الى يوم القيامة
Tidaklah fajar hari ini terbit, kecuali ia akan memanggil, “Wahai anak Adam, aku adalah ciptaan yang baru dan aku akan menjadi saksi atas setiap pekerjaanmu, maka mintalah bekal kepadaku. Karena bila aku telah berlalu, aku tak akan kembali hingga hari kiamat tiba.”
Seringkali, kita berkeluh kesah dalam hidup ini. Padahal, keluh kesah kita tak menyelesaikan persoalan sedikitpun.
Pada tulisan singkat ini, saya ingin kita bertafakur sejenak. Merenung dalam pemahaman yang sama, apa saja yang sudah kita khidmatkan dalam hidup kita ini. Bersegeralah! Sebab, hidup tak mengenal siaran tunda.
Seringlah merenung
Saudaraku, merenunglah sejenak. Kata orang bijak, bertafakur satu jam lebih baik dari pada bekerja sepuluh jam tanpa tahu makna dan arti. Lihatlah sekelilingmu, segera setelah itu pasti engkau akan bersyukur. Lihatlah bagaimana Allah menciptakanmu dengan penuh kesempurnaan. Lihatlah bagaimana Allah memberimu begitu banyak nikmat,
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ (٣٤)
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS Ibrahim: 34)
Dengan bertafakur tadi, tersadarlah bahwa – alhamdulillah – kita diciptakan sempurna. Tak kurang suatu apa.
Yang telah berlalu, biarlah ia pergi bersama waktu.
Suka atau tidak, setiap kita punya kenangan dengan masa lalu. Berapa banyak di antara kita yang asyik menggapai masa lalu, padahal ia telah menjadi arsip sejarah. Masa lalu adalah periode yang tak mungkin kita kembali ke padanya. Yang telah berlalu, biarlah ia pergi bersama waktu. Cukup jadikan ia sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang.
Masa lalu adalah kenangan, ia tak mungkin kembali. Jika Anda seorang jenderal namun sudah pension, tetaplah Anda pensiunan. Tak ada lagi tongkat komando, tak ada pula ajudan dan pengawal.
Masa lalu adalah cermin untuk kita belajar. Tak lebih dan tak kurang. Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, belajarlah dari para penguasa yang telah berlalu dalam kelalimannya. Mereka memupuk harta, saat mati tak membawanya sedikitpun ke alam baka. Penyair Arab menulis:
   أين الملوكُ الماضيةُ تركوا المنازلَ خاليةً جمعوا الكنوزَ بجَدِّهم تركُوا الكنوزَ كما هِيَ فانظرْ إليهِم هل تَرَى في دارِهِمْ من باقيةٍ إلا قبورًا دارساتٍ فيها عظامٌ باليةٌ
Mana para raja zaman dahulu ***
Tinggalkan istana-istana yang sepi
Mengumpulkan harta dengan segenap kesungguhan ***
Harta-harta itu ternyata tetap apa adanya
Carilah mereka, apakah engkau dapati mereka ***
di rumah-rumah mereka 
Tidak, kecuali tulang belulang yang telah usang.
Warnailah hari-harimu
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka warnailah hari-harimu. Jadikan ia merah, kuning, biru, coklat, ungu, putih dan jingga dalam aktivitas keseharianmu. Cerialah, sebab – kata Rasulullah SAW – senyummu untuk saudaramu bernilai sedekah. Kebahagiaan tak dapat kau beli dengan uang, tapi ia dapat kau ciptakan dengan mensyukuri setiap keadaan.
Sebab hidup tak mengenal siaran tunda, bersegeralah mewarnai bintang kebaikanmu. Segera tunaikan shalat sesaat setelah adzan berkumandang. Itulah bintang kebaikanmu hari ini. Warnai pula silaturahim dengan sahabat, handai dan taulan. Mereka yang rajin bersilaturahim, niscaya dipanjangkan umur dan kesempatannya. Bersedekahlah, walaupun kau dalam keadaan susah!
Warnai pula bintang kebaikanmu dengan menjenguk tetangga yang sakit, saudara yang malang, dan tetangga yang mengundang. Hak-hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah enam: Berjumpa, ucapkan salam. Mengundang, penuhi jemputannya itu. Perlu nasihat, kirimi SMS “Bro, shalat yuk”. Bersin, ucapkan “semoga Allah menyayangimu.” Sakit? Kunjungi dan – jika mati – antarkan hingga ke kuburannya.
Berharap Terima Kasih? Ke laut aja luh.
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, tak usahlah Anda berharap terima kasih dari setiap kebaikan yang Anda lakukan. “Terima kasih?” “Ke laut aja luh”. Apalah artinya pujian manusia, jika ia akan merusak nilai kebaikan kita di hadapan Tuhan. Bukankah Fatimah, putri Rasulullah SAW tercinta, jatuh sakit akibat tak makan tiga hari sebab seluruh persediaan makanannya telah ia hadiahkan kepada para fakir miskin, janda tua-renta dan mereka yang baru saja dibebaskan dari tahanan  Rasulullah SAW mencari-carinya sebab Fatimah yang biasa rajin berkunjung, kok tiba-tiba absen sekian hari. Allah SWT lalu mengabadikan perjuangan Fatimah (dan suaminya, Ali bin Abi Thalib) dengan menurunkan firman-Nya
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS al-Insan: 8-9)
Saudaraku, jangan karena berharap terima kasih, kita tak bergegas dalam amal-amal kebaikan. Biarkanlah ia dilupakan manusia, disembunyikan sejarah, ditutupi keangkuhan kehidupan dunia, namun – satu hal yang pasti – ia bernilai di hadapan Dzat yang memiliki segala kemampuan membalas perbuatan kebaikan.
Di balik setiap kesulitan pasti ada berjuta kemudahan
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka yakinlah dibalik satu kesulitan ada sejuta kemudahan di baliknya. Tak percaya? Bukankah hal itu dijanjikan oleh Dzat yang menggenggam seluruh janji manusia.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al-Insyiraah: 6-8)
Pada ayat ini, Allah menyebut kesulitan dengan memberikan sisipan huruf “alif dan lam” yang dalam kaidah bahasa Arab berarti “ma’rifah” atau “tunggal”. Tetapi, kata kemudahan tidak disisipi huruf yang sama. Menandakan apa? Bahwa pada satu kesulitan, ada berjuta kemudahan di depanmu.
Saudaraku, sebab hidup tak mengenal siaran tunda, maka mari berharap dari satu kesulitan hidup kita, ada sejuta tawaran kebaikan di depannya.
Semoga catatan kecil ini bermanfaat.  Salam takzim.

Oleh : Inayatullah Hasyim
Sumber: http://www.dakwatuna.com

4 GOLONGAN LAKI-LAKI YANG DITARIK MASUK NERAKA OLEH WANITA


Di akhirat nanti ada 4 golongan lelaki yang akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita. Lelaki itu adalah mereka yang tidak memberikan hak kepada wanita dan tidak menjaga amanah itu.

1. Ayahnya

Jika seseorang yang bergelar ayah tidak mempedulikan anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajarkan shalat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dangan hanya memberi kemewahan dunia saja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.

Duhai lelaki yg bergelar Ayah, bagaimanakah keadaan anak perempuanmu sekarang? Apakah kau mengajar shalat dan shaum (puasa) padanya? Menutup aurat? Pengetahuan agama? Jika tidak terpenuhi, maka bersedialah untuk menjadi bagian dari Neraka.

2. Suaminya

Apabila suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas. Membiarkan istri berhias diri untuk lelaki yang bukan mahramnya.

Jika suami mendiam istri yang seperti itu walaupun suami adalah orang yang alim, suami adalah shalatnya yang tidak pernah bolong, suami adalah yang shaumnya tidak pernah lalai. Maka dia akan turut ditarik oleh isterinya bersama-sama ke dalam Neraka.

Duhai lelaki yang bergelar Suami, bagaimanakah keadaan istri tercinta sekarang? Dimanakah dia? Bagaimana akhlaknya? Jika tidak kau jaga mengikuti ketetapan Islam, maka terimalah keniscayaan yang kau akan sehidup semati bersamanya hingga Neraka.

3. Saudara Lelakinya

Apabila ayahnya sudah tiada, tanggungjawab menjaga kehormatan wanita jatuh pada saudara lelakinya (kakak, paman). Jika mereka hanya mementingkan keluarganya saja dan adik atau keponakannya dibiarkan dari ajaran Islam, maka tunggulah tarikan mereka di akhirat kelak.

Duhai lelaki yg mempunyai saudara perempuan, jangan hanya menjaga amalmu dan melupakan amanah yang lain. Karena kau juga akan pertanggungjawabkan diakhirat kelak.

4. Anak Lelakinya

Apabila seorang anak laki-laki tidak menasehati Ibunya perihal kelakuan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Bila ibu membuat kemungkaran, mengumpat, memfitnah, mengunjing, maka anak itu akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Dan bersama menemani ibunya di Neraka.

Duhai anak lelaki, sayangilah ibumu, nasihatilah dia jika bersalah atau lalai. Karena ibu juga insan biasa, tak lepas dari melakukan dosa. Selamatkanlah dia dari ancaman neraka, jika tidak, kau juga akan ditarik menjadi teman di dalamnya.

Betapa hebatnya tarikan wanita. Bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat yang tak kalah hebat tarikannya. Maka, kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, saudara atau anak harus memainkan peran mereka dengan baik.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(Surat At Tahrim : 6)

Kamis, 24 Mei 2012

SELURUH WARGA GAZA SHALAT HAJAT UNTUK MESIR

Ribuan warga Gaza melaksanakan shalat hajat di seluruh masjid di wilayah itu untuk berdoa agar Mesir memiliki pemimpin yang amanah dan memperdulikan nasib Palestina dan umat Islam, demikian lansir Islam Today (23/5/2012).

Shalat hajat itu sendiri dilaksanakan di hari Selasa malam kemarin. Sebelumnya masjid-masjid di Gaza melalui pengeras suara mengumumkan agar warganya ikut serta dalam shalat hajat dan berdoa untuk kemenangan capres Mesir yang benar-benar menjaga umat Islam dan memerdekakan Al Quds dari cengkraman Zionis.

Sebagaimana diketahui, bahwa kondisi perpolitikan di Mesir memiliki imbas yang kuat terhadap keadaan perpolitikan di Palestina karena Mesir sendiri selama ini memiliki peran besar dalam masalah Palestina. Jika Mesir memiliki pemimpin yang baik, maka kabaikan itu juga akan dirasakan oleh Palestina.

sumber : hidayatullah

HANYA 1,5 JAM KITA HIDUP DI DUNIA


Hidup di dunia sangatlah singkat. Waktu berjalan begitu cepatnya. Perhatikan keluarga, sahabat, dan orang- orang terdekat kita. Betapa tuanya mereka sekarang ini, bahkan di antara mereka sudah ada yang meninggalkan dunia. Padahal, kemarin mereka masih terlihat begitu sehat dan gagah.

Allah bertanya, ‘Berapa tahun lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang- orang yang menghitung’. Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau saja kamu tahu yang sebenarnya’. Apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?’. (Q.S Al-Mu’minun/23: 112-115)

Usia rata-rata manusia selama hidup di dunia adalah 63 tahun (sama seperti usia Rasululloh SAW). Padahal….
1 hari di akhirat = 1000 tahun dunia (QS As Sajdah : 5).
24 jam akhirat   = 1000 tahun dunia
1 jam akhirat    = 42 tahun dunia

Nah, bila seseorang memiliki usia 63 tahun, kira- kira orang tersebut hanya memiliki 1,5 jam saja (bila diukur dengan waktu akhirat). Tidak heran...  Kita selalu diingatkan masalah waktu, seperti yang tercantum dalam Quran Surat Al-‘Ashr: 1-3. “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat- menasihati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran".

Bayangkan… hanya 1,5 jam di Dunia, jika dibandingkan dengan kehidupan Akhirat yang kekal. Jangankan untuk bisa sampai ke Surga/ Neraka, untuk meniti panjanganya ‘Jembatan Shiratal Mustaqim’ saja membutuhkan waktu 1/2 tahun akhirat (500 tahun di dunia).
Suatu Jembatan akhirat yang sangat tipis, bagaikan sehelai rambut yang dibagi menjadi 7 bagian, tajam, sempit, dan terbentang diantara 2 punggung neraka Jahannam, yang diatasnya terdapat besi- besi panas yang saling berkaitan dan menyambar.

Masih ada rangkaian perjalanan panjang yang akan kita lalui kelak, hidup dunia hanya sebentar…. Amat disayangkan jika kita hanya menjalaninya, tanpa melakukan banyak hal yang berarti. mari berlomba- lomba dalam kebaikan (Fastabiqul khoiroh) dan saling nasehat- menasehati dengan kebenaran, kesabaran dan kasih sayang. Dan dengan ridho dari Allah, semoga pintu surga terbuka untuk kita….

Allohumma baarik-lana fi Rajab wa Sya’ban wa balighnaa Ramadhan”. Ya Allah berkahilah Kami di bulan Rajab & Sya’ban dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan.

------------
Saat kita sedang berjaya, ingatlah bahwa kejayaan itu akan segera sirna. Saat  kita sedang menikmati kekayaan berlimpah, ingatlah bahwa besok semuanya akan kita tinggalkan. Semua yang ada di bumi tidak akan abadi. Yang abadi hanyalah wajah Tuhanmu yang memiliki Kebesaran & Kemuliaan. (Q.S. Ar-Rahman: 26-27)

PESAN RASULULLAH SEBELUM TIDUR

 Sebelum tidur, Rasulullah SAW berpesan kepada Putri beliau, Fathimah as :
"Ya Fathimah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :
  1. Sebelum khatam Al Qur'an
  2. Sebelum membuat para Nabi memberimu syafaat di hari akhir
  3. Sebelum para muslim meridhoi kamu
  4. Sebelum kau laksanakan haji dan umroh
Bertanya Fathimah : "Wahai ayahku.. Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?" Rasul tersenyum dan bersabda :"Jika engkau tidur bacalah :
  1. Al Ikhlas 3 kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur'an." Bismillaahir rohmaanir rohiim, Qulhualloohu ahad' Alloohushshomad' lam yalid walam yuulad' walam yakul lahuu kufuwan ahad' (3x).
  2. "Membaca sholawat untuk ku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafa'at di hari kiamat“. Bismillaahir rohmaanir rohiim, Alloohumma shollii 'alaa Muhammad wa Aali Muhammad wa shalli 'ala Jami'il anbiyai wal mursalina wa 'ibadukas Shalihin.“
  3. "Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meridhoi kamu“. Allahummaghfirlil Mukminina wal Mukminat wal Muslimina wal Muslimat.. (3x).
  4. "Perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan - akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh“.
Bismillaahir rohmaanir rohiim, Subhanalloohi Walhamdulillaahi walaailaaha illalloohu alloohu akbar (3x).

7 TANDA KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA

7 TANDA KEBAHAGIAAN HIDUP DI DUNIA

1. Qalbun Syakirun
2. Al azwaju shalihah
3. Al Auladun abrar
4. Al bi'atu sholihah
5. Al maalul halalun
6. Tafakuh fiddien
7. Al Umrul Mabruk


Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di masjid. Suatu hari ia ditanya oleh para tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) kunci kebahagiaan dunia, yaitu:

1. Qalbun syakirun (hati yang selalu bersyukur)

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat ALLAH SWT, sehingga apapun yang diberikan ALLAH, ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan ALLAH.

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu, “Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”. Dan bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya.

2. Al azwaju shalihah (pasangan hidup yang sholeh)

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholehah, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya.

3. Al auladun abrar (anak yang sholeh)

Saat Rasulullah SAW thawaf, beliau bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet- lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, “Kenapa pundakmu itu?” Jawab anak muda itu, “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya” Lalu anak muda itu bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?”

Nabi SAW memeluk anak muda itu dan mengatakan, “Sungguh ALLAH ridho kepadamu, kamu anak yang sholeh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu” Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang sholeh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH.

4. Albiatu sholihah (lingkungan yang kondusif untuk iman kita)

Kita tentu boleh mengenal siapapun, tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat, haruslah orang- orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Sebagaimana Rasulullah yang menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang sholeh yang akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.

5. Al malul halal (harta yang halal)

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdo’a sudah bagus”, kata Nabi SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?” Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena do’anya akan sangat mudah dikabulkan ALLAH. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hati semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya.

6. Tafakuh fi dien (semangat untuk memahami agama)

ALLAH menjanjikan nikmat bagi umat-NYA yang menuntut ilmu, semakin ia belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada ALLAH dan rasul-NYA. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hatinya. Semangat memahami agama akan meng “hidup” kan hatinya, hati yang “hidup” adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.

7. Al-umrul mabruk (umur yang baroqah)

Umur yang baroqah itu adalah umur, yang selalu diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi hidupnya untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan banyak nostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome).

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Hari tuanya diisi dengan bermesraan dengan Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia ini, bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam kehidupan berikutnya seperti yang dijanjikan ALLAH. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya.
 
Sumber : http://miftakhurriza.blogspot.com/2011/06/7-kunci-kebahagiaan-di-dunia.html
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Minggu, 20 Mei 2012

GAZA NEGERI AJAIB

Alhamdulillah, pada hari Sabtu 12 Mei 2012, dengan izin Allah SWT, kami delegasi Indonesia dari unsur ASPAC, KNRP, PKPU, Dewan Dakwah, ADARA dan SALIMAH (total 13 orang) berhasil memasuki Gaza. Kami tergabung dalam program syaddurrihal, yang merupakan himpunan delegasi-delegasi dari berbagai negara di seluruh dunia, dalam event : Amnial Basmah (senyum yang bermil-mil panjangnya). Dengan tujuan memasuki Gaza, dan menyuarakan kebebasan tanah palestina dan Al-Quds dari sana. Subhanallah.. 

Gaza memang benar-benar negeri yang ajaib...

Di tengah blokade Israel yang mencekik, negeri itu bertahan dengan kekuatan yang sempurna. Walaupun air bersih sangat sulit (sebagian besar harus minum pakai air mineral yang dipasok dari luar) karena air yang ada di instalasi air, terasa agak asin, akibat sumber air tawarnya, banyak yang disedot oleh Yahudi. Walaupun listrik sulit, di mana pasokan listrik hanya sanggup memenuhi 30% kebutuhan, sehingga pemadaman dilakukan scecara bergilir setiap hari dengan model : 8 jam nyala, 8 jam padam. Walaupun mereka terpaksa membangun rumah, sebagiannya berasal dari sisa puing-puing rumah yang hancur oleh roket Yahudi. Ya.. Rumah yang hancur itu mereka DAUR ULANG. Reruntuhan tembok dihaluskan, dicampur semen baru, dan dicetak menjadi batako baru, besi-besi diluruskan kembali sebagai bahan tulangan beton. Tiada yang tersisa...

Gaza benar-benar negeri ajaib...

Kami tidak menemukan sebuah kota pun yang kami pernah kunjungi, seperti ajaibnya Gaza. Kehidupan yang sulit, tidak mampu menutupi semangat yang nampak dari mata mereka. Mulai dari buruh hingga perdana menterinya. Semua bercerita dengan penuh semangat: "Bahwa suatu saat, kami akan merebut Al-Quds... Kami akan mengusir Yahudi itu dari negeri kami..." Subhanallah...

Walaupun sebagian dari mereka hanya sanggup makan sehari sekali, namun kami selama 5 hari di Gazza, tidak menemukan SATU ORANG PENGEMIS pun!!! 

Gaza benar-benar negeri ajaib... 

Dengan izin Allah, kami bisa bertamu ke rumah Asy Syahid Syaikh Ahmad Yassin. Di sana kami disambut oleh istrinya, ditunjukkan kursi roda yang biasa dipakainya, dan ditunjukkan kursi roda serta selendang coklat yang dipakainya terakhir, sebelum roket memecahkan badannya, dan menyisakan hanya kepalanya. Dengan tegar, istrinya tersenyum dan bercerita tentang Asy Syahid. 

Ketika saya meminta nasehat kepadanya, ia berkata : "saya hanya ingin supaya kalian menjadi Ahmad Yassin...!"

Allahu Akbar walillahilhamd.. 

Kami juga sempat sholat di masjid yang dipakai i'tikaf terakhir beliau, yang ujung menaranya hancur, dan tidak dibangun ulang karena dijadikan monumen perlawanan. 

Allahu akbar... Tak henti kami bertakbir.. 

Teringat ucapan beliau, Syaikh Ahmad Yassin : 

MAN NADZDZARO NAFSAHU LIYA-'ISA LI DIINIHI, FASAYA-'ISA MUTIBAN. WALAKINNAHU SAYAHYA ADZIMAN WA YAMUUTU ADZIMAN

"Barangsiapa yang bernadzar akan dirinya, untuk hidup bersama agamanya. Maka dia akan hidup dalam kelelahan, namun sesungguhnya ia (di samping lelah) akan hidup dalam keagungan, dan menjemput kematian dengan keagungan".  

Nasehat kematianmu wahai Syaikh Ahmad Yassin, menjadi nasehat kehidupan buat kami. Bahwa lelah dalam agama itu adalah kemestian bagi kehidupan dan kematian yang agung.

Kami juga mengunjungi sebidang tanah kosong yang pernah menjadi rumah Prof. Dr. Nizar Qodar Royyan. Rumah itu (dulunya) berlantai 4, lantai paling atas adalah perpustakaan yang menampung lebih dari 80 ribu judul buku, dan merupakan perpustakaan terbesar di Gaza. Roket Israel menghancurleburkan rumahnya, menimbunnya dan mensyahidkan beliau, bersama 4 istrinya, dan 11 orang anaknya!!! 

Ada 2 anak yang tersisa, dan bergegas mencari-cari sisa keluarganya dalam timbunan reruntuhan, namun dia dapati semua tewas. Yang membuat hati kami bergetar adalah, dia (anaknya bercerita langsung kepada kami) menemukan semua ibunya (4 istri beliau) syahid dalam kondisi mengenakan jilbab! Padahal mereka diroket saat shubuh, dan di dalam rumah mereka sendiri, yang biasanya para wanita tidak mengenakan jilbab. Seakan-akan, mereka telah mempersiapkan diri menghadap Allah dengan berpakaian. 

Anaknya bercerita kepada kami, saat itu ia berkata : "Ya Ummi... Engkau menghadap Allah bukan hanya diberikan kesyahidan... Bahkan Allah memintamu menghadap-Nya dengan berpakaian...!!!"

Allahu akbar walillahilhamd...

Kami juga berkesempatan bertemu dan diterima langsung oleh PM Ismail Haniyah. Wahai ikhwah, cerita-cerita kepahlawanan yang biasa kita baca di buku, atau dituturkan oleh qiyadah, benar-benar kami temui di sini.

Satu hal lagi keajaiban mereka, mereka adalah komunitas orang-orang yang selalu menepati janji dan disiplin dengan waktu! 

Gaza benar-benar negeri ajaib... 

Kedisiplinan itulah salah satu sendi utama kekuatan wilayah itu yang mampu bertahan dan hidup di tengah gempuran Yahudi. 

Mudah-mudahan kita bisa mengambil ibroh dari semangat mereka. Untuk memperbaharui tekad, menjernihkan niat. Berkorban lebih banyak. Menyambut agenda jama'ah dengan hati bersinar penuh semangat. Ya Allah, menangkan kami atas kaum Yahudi.

Masih banyak peristiwa kepahlawanan yang kami temui, namun karena keterbatasan ruang di media ini, kami tidak bisa sampaikan dalam artikel ini. 

Terakhir, sebagai bentuk pertanggungjawaban, sebelum berangkat ke Gaza, kami dititipkan uang sejumlah total Rp 3.350.000 dari beberapa ikhwah, sebuah perhiasan rencong emas, dan cincin emas bermata mutiara, serta sebuah coin. Alhamdulillah, uang tersebut kami bagi-bagikan kepada yatim, sebagiannya kami belikan barang untuk anak-anak TK. 

Adapun rencong emas, kami hadiahkan langsung kepada JANDA Asy Syahid SYAIKH AHMAD YASSIN. Ada fotonya... 

Adapun cincin emas, kami hadiahkan kepada JANDA Syaikh Rantissi. Ada fotonya... 

Adapun coin, karena ada logo perusahaan tertentu, dengan alasan keamanan, kami serahkan ke KNRP di Jakarta. 

Semoga semua pemberian antum, menjadi pemberat timbangan amal antum di jannah-Nya. Amin...

Terlalu banyak cerita di Gaza yang membuat semangat jihad berkobar...

Terlalu banyak cerita di Gaza yang membuat air mata mengalir haru...

Terlalu banyak cerita di Gaza yang membuat bibir tersenyum...
Air mata... Izzah... Ukhuwwah... Keikhlashan... Semua berhimpun di kota ini...

Benar-benar negeri yang ajaib...  
Gaza ya Gaza... Suriqo minni ba'dho qolbi...
Wahai gazza... Telah kaucuri sebagian hatiku bersamamu...
 
Sumber : Islamedia.web.id

Eko Anugraha P.

UNJUK KEKUATAN, IKHWAN BENTUK RANTAI MANUSIA SEPANJANG 760 KM JELANG PEMILU

Ikhwanul Muslimin Mesir membuat atau menyelenggarakan aksi rantai manusia para pendukungnya sepanjang 760-km (470 mil) di seluruh negeri pada hari Kamis lalu untuk mendukung calon presiden Ikhwan Muhammad Mursyi, dalam upaya unjuk kekuatan menjelang pemilu suara bersejarah yang akan berlangsung minggu depan.
Dari Kairo ke Aswan, anggota Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) Ikhwan, membawa poster Muhammad Mursyi, kandidat presiden Ikhwan yang menggantikan Khairat al-Syatir.
Deretan aktivis dan pendukung Ikhwan, beberapa di antaranya mengenakan T-Shirts dan topi yang dihiasi dengan wajah Mursyi, juga membawa poster kampanye yang menampilkan wajah Mursyi dan slogan kampanye bertuliskan: "Mursyi, presiden Mesir."
Acara yang diselenggarakan oleh tim kampanye Mursyi itu, menyorot adanya jaringan yang kuat pendukung Ikhwan di seluruh negeri.
Dalam situsnya, Ikhwan mengatakan mereka bertujuan untuk membentuk "rantai manusia terpanjang di dunia."(fq/reu)

Sabtu, 05 Mei 2012

QARDHAWI SERUKAN UMAT ISLAM SIAP-SIAP SAMBUT HARI HILANGNYA ISRAEL

Doha - Ketua Asosiasi Ulama Islam Dunia, Yusuf Al-Qardlawi menegaskan kembali kabar gembira hilangnya Israel dan kembaliknya Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha ke tangan bangsa Arab dan Umat Islam. “Israel akan hilang pasti dan mereka akan keluar dari Palestina dan kita semua sedang menunggu hari itu.” Tegasnya.
Dalam khutbah Jumatnya kemarin di Masjid Jami’ Umar bin Khattab di Doha, Qatar menganjurkan umat agar bersiap-siap untuk menghadapi hari hilangnya Israel. “Kita harus menyiapkan diri kita dan menyiapkan pemuda-pemuda kita sekarang untuk menyambut hari hilangnya Israel.” Ia mengingatkan bahwa peringatan kemerdekaan Israel ke 64 selalu memberikan kenangan buruk dan derita bagi warga Palestina.
Syekh Al-Qardlawi menunjukkan kesedihannya apa kondisi di Palestina sebab sebagian besar tanah Palestina berada di tangan Israel termasuk Al-Quds, Masjid Al-Aqsha padahal itu termasuk tempat paling suci umat Islam.
Al-Qardlawi mempertanyakan sikap negeri-negeri Arab dan Islam yang tidak memiliki kepedulian atau marah terhadap apa yang menimpa Palestina? ia memperingatkan bahwa Palestina sendirian tidak akan bisa berperang dengan penjajah sebab ia memiliki senjata yang bisa digunakan untuk memerangi Arab secara keseluruhan. “Bagaimana lantas Palestina bisa menghadapinya?”
Ia menyerukan agar Arab memiliki sikap membela Palestina dalam menghadapi “hantu liar” sebab Barat mendukung Israel dengan kuat.
“Jangan kalian menerima kehinaan dan jangan serahkan saudara-saudara kalian kepada musuh Allah. Zionis di seluruh dunia membela Israel dengan kekuatan harta, politik, senjata dan media, kenapa kita tidak menolong Palestina?"
 
Sumber:InfoPalestina

3 MODEL SAHABAT YANG KITA RINDUKAN

Saudaraku…
Hidup kita menjadi berwarna, berseri dan berpelangi dengan hadirnya sahabat-sahabat yang tulus di tengah-tengah kita. Kita menjadi kuat dan semangat melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt. Sebaliknya, sepinya sahabat di sekitar kita; hati terasa kering kerontang. Jiwa laksana disapa kemarau panjang. Awan mendung menaungi langit-langit hati. Dada terasa sempit. Keceriaan pun sirna dari wajah kita.
Adakah orang yang tidak membutuhkan kehadiran sahabat dalam merentasi kehidupan ini? Tentu tidak ada, itulah jawabannya, terkecuali orang yang sombong dan tak pernah mendengar suara hatinya. Baik itu dalam tataran hidup individu, maupun dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, yakni; masyarakat. Terlebih dalam mensukseskan sebuah misi perjuangan besar.
Sejarah telah mencatat bahwa para nabi dan rasul, yang senantiasa dalam bimbingan dan petunjuk-Nya juga dikelilingi oleh para sahabatnya yang setia. Musa as, membutuhkan kehadiran Harun as di sisinya yang memiliki kefasihan lisan. Isa as, memerlukan bantuan al hawariyyun, dalam memperjuangkan agama-Nya. Kesuksesan nabi Muhammad saw saat hijrah ke Madinah, tak luput dari peran besar Abu Bakar ra. Kemenangan rasul saw pada perang Badar dan peperangan-peperangan setelahnya, juga tak terlepas dari kontribusi raga, nyawa, harta dan yang lainnya dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta sahabat lainnya.
Apatah lagi kita, yang bukan para nabi dan rasul. Yang selalu akrab dengan kekeliruan, keteledoran, kealpaan, kekhilafan, kekurangan dan kebuntuan. Tentu kita teramat merindukan ramainya sahabat di sekitar kita.
Pertanyaan yang muncul di benak kita adalah sahabat model apakah yang mampu mewujudkan mimpi dan harapan kita serta memberi makna dalam hidup kita?
Saudaraku..
Paling tidak ada 3 model sahabat yang disebutkan oleh syekh Musthafa Siba’i rahimahullah, yang akan mengalirkan faedah, menetaskan manfaat dan menjauhkan kita dari segala warna mara bahaya.
• Sahabat, tempat kita bercermin.
• Sahabat, tempat kita mengambil manfaat darinya.
• Sahabat, tempat kita bersandar.
Saudaraku..
Rasulullah saw menggambarkan dalam sabdanya, “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.” H.R; Thabrani.
Cermin dibutuhkan oleh siapapun. Tua atau muda. Laki-laki maupun perempuan. Kaya atau miskin. Konglomerat atau melarat (baca; kurang mampu). Orang yang tinggal di kota maupun pelosok desa. Pengusaha atau pedagang kaki lima. Presiden maupun pesinden. Wakil rakyat atau rakyat. Lelaki tampan atau tak berwajah rupawan. Berparas cantik maupun berpenampilan polos. Terlebih artis dan selebritis. Dan yang senada dengan itu. Artinya cermin menjadi kebutuhan semua orang dan kalangan.
Cermin mengajari kita arti sebuah kejujuran, obyektif dalam memberi penilaian. Dan darinya kita mengetahui kelebihan dan kekurangan kita. Dan dengannya kita dapat memperbaiki penampilan kita.
Berbahagialah kita yang memiliki sahabat seperti cermin. Yang jujur dalam berucap, memberi teguran, berbagi nasihat. Memberitahu kelebihan kita dan tak ragu membisiki kita perihal aib dan kelemahan yang harus kita perbaiki. Dengan kehadirannya di sisi kita, keindahan akhlak dan keluhuran pekerti terasa mudah tercipta di alam realita kehidupan kita.
Saudaraku..
Terasa indah hidup kita, jika kita mempunyai sahabat yang senantiasa menebarkan manfaat dan memberi warna kebaikan dalam kehidupan kita.
Kita belajar dari ilmu yang dimilikinya. Meneladani ibadah dan kekuatan infaqnya. Mencontoh kedekatan dan keakrabannya dengan para tetangga dan masyarakat di sekitarnya. Mengambil warna dari semangat menuntut ilmu dan dakwahnya. Mengikuti kewaraan dan kezuhudannya terhadap dunia. Mengaca pada pengorbanannya yang mengagumkan. Kita belajar menjadi seorang hamba akherat kepadanya dan seterusnya.
Saudaraku…
Sahabat tempat kita bersandar kepadanya, sebagai tumpuan harapan kita.
Saat kita terpuruk, ia mengembalikan semangat kita. Kala tertidur, ia yang membangunkan kita. Saat terlena, ia menyadarkan kita. Sewaktu terjatuh, ia yang membangkitkan kita. Kala terluka, ia yang membalut luka kita. Ketika sakit, ia yang mengobati kita. Saat lalai, ia yang mengingatkan kita. Kala sedih menyapa, ia yang menghibur kita. Saat kita menghadapi kesulitan, ia yang membantu kita. Kala diterpa permasalahan dan persoalan hidup, ia datang memberi solusi bagi kita. Dan begitu seterusnya.
Saudaraku..
Jika kita memiliki 3 model sahabat ini, jangan pernah kita menyia-nyiakan mereka. Kita penuhi hak-hak mereka. Karena jika tidak, kita akan ditinggalkan oleh mereka. Dan bisa jadi kita tak pernah lagi berjumpa dengan sahabat-sahabat terbaik seperti mereka.
Sudahkah kita mendapatkan 3 model sahabat yang kita rindukan?
Atau mari kita jujur pada nurani kita, adakah kita termasuk tiga model sahabat di atas? Wallahu a’lam bishawab.

Riyadh, 25 April 2012 M.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)