“Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik” (Yusuf:108).

Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Ummat

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Yang Tegar Di Jalan Dakwah

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Rabu, 18 Maret 2015

Menjelang Wafat, Imam Syafi’i Membaca Syair Ini Sambil Menangis

Imam Syafi’i adalah seorang ulama besar yang sulit dicari tandingannya pada zaman itu hingga zaman sekarang. Selain ilmunya luas dan dalam, amal ibadahnya juga luar biasa. Namun, imam yang memiliki nama asli Muhammad bin Idris itu tak pernah membanggakan diri. Apalagi ketika sakit dan merasa ajal semakin dekat. Ketika itu Al Muzani menemui Imam Syafi’i. “Wahai Abu Abdillah, bagaimana kondisimu?” tanya Al Muzani. “Aku akan pergi meninggalkan dunia,” jawab Imam Syafi’i, “akan meninggalkan saudara-saudaraku, akan bertemu dengan amal burukku, akan kembali kepada Rabbku. Aku tidak tahu apakah ruhku akan ke surga hingga mengucapkan selamat kepadanya. Atau ke neraka hingga aku mengucapkan duka cita padanya” Setelah itu, sambil menangis Imam Syafi’i bersyair: Ketika hatiku keras dan jalanku sempit Aku jadikan harapanku tanpa ampunan-Mu berserah Dosaku sangat besar ketika aku menyertainya Dengan ampunanMu wahai Tuhanku, ampunan-Mu lebih besar Engkaulah yang mengampuni segala dosa Engkau mahabaik dan memaafkan Jika Imam Syafi’i saja merasa banyak dosa, bagaimana dengan kita? Padahal Imam Syafi’i biasa membagi malamnya menjadi tiga bagian; sepertiga untuk menulis (karenanya lahirlah Al Umm, Ar Risalah, dan lebih dari 100 kitab lainnya), sepertiga untuk shalat malam, dan sepertiga untuk tidur. Jika Imam Syafi’i saja khawatir masuk neraka, bagaimana dengan kita? Padahal Imam Syafi’i biasa puasa sunnah dan tilawah. Beliau juga zuhud dan qanaah. Soal kedermawanan, Imam Syafi’i di zamannya adalah orang yang paling banyak bersedekah. Imam Syafi’i dikenal hidup sangat sederhana. Tidak jarang ia kehabisan bekal untuk satu hari itu. Namun begitu ia memiliki harta, ia segera membagi-bagikannya. Pernah suatu hari seseorang menyampaikan amanah sekantung uang kepada Imam Syafi’i yang hendak pergi ke masjid. Tiba-tiba sebelum masuk masjid ada seorang laki-laki yang menghentikannya. “Tolonglah aku wahai Imam, istriku hendak melahirkan dan aku tidak memiliki apa-apa,” pintanya dengan suara mengiba. Maka tanpa pikir panjang, Imam Syafi’i langsung memberikan kantung berisi uang tersebut kepada laki-laki itu. Ya Allah… ampuni kami jika selama ini kami lalai. Ampuni kami yang banyak dosa ini tetapi merasa seperti tak punya dosa kecuali dosa-dosa kecil yang mudah terampuni. Ampuni kami jika tak bisa menangis atas banyak dosa yang kami lakukan; siang dan malam. Atau justru karena terlalu banyak dosa hingga hati kami mengeras dan tak sanggup mencairkan air mata lagi. Ampuni kami… [Muchlisin BK/kisahikmah.com] 2

12 Orang Ini Didoakan Malaikat (1)

TAHUKAH Anda bahwa ada orang-orang tertentu yang didoakan oleh malaikat? Ya, orang-orang itulah yang termasuk orang-orang pilihan. Mereka termasuk ke dalam kriteria khusus yang mendapatkan do’a dari para malaikat. Siapa sajakah mereka?
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’,” (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37).
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’,” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469).
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan,” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib).
4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf,” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272).
5. Para malaikat mengucapkan ‘amin’ ketika seorang imam selesai membaca al-Fatihah
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu,” (Shahih Bukhari no. 782).
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’,” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106).
BERSAMBUNG