Pembukaan pidato Presiden Mesir, Muhammad Mursi, di KTT Non-Blok yang diselenggarakan di negara Syiah Iran mengundang banyak pujian dari tokoh Islam.
Beliau memulai pidatonya dengan shalawat dan salam kepada Nabi kemudian mendoakan keridhoan Allah kepada Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali bin Abi Thalib.
Hal ini membuat para da’i di Mesir, ormas pergerakan Islam, dan aktivis Mesir senang karena menganggap ucapan terang-terangan dari Mursi dalam mendoakan sahabat Nabi di Ibu Kota Iran, yang tidak pernah didengar kecuali makian dan laknat kepada mereka dari orang-orang Syiah, menunjukkan sikap Mesir yang baru dan penolakan terhadap semua bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap sahabat nabi. Bahkan ulama Kuwait, Syaikh Hamid Al ’Aliy, menulis syair pujian untuk presiden Mursi.
Penulis buku paling populer di Timur Tengah, DR ‘Aidh Abdullah Al Qarni juga memberikan pujian atas pembukaan pidato tersebut. Dalam tweet yang diunggahnya di Twitter, ia memuji negeri Mesir dan Mursi.
“Hidup Mesir dan rakyatnya yang besar, saat salah seorang putranya (presiden Muhammad Mursi) berkata di Teheran hari ini: ‘Semoga Allah meridhai Abu Bakar dan Umar’. Di negeri yang melaknat kedua orang yang mulia tersebut dan membunuh salah satu tokohnya yaitu Umar ibnul Khaththab Radhiyallahu Anhu,” tulisnya.
Syekh Salman Audah, da’i populer di Saudi, dalam akun twitterny berkata, “Seluruh pemimpin Arab silakan pergi ke Iran, asalkan mereka dapat menyampaikan yang haq sebagaimana yang dilakukan Mursi..”
Nadir Bakkar, juru bicara partai salafy An-Nur berkata, “Kami dukung sepenuhnya pidato Mursi yang mantap. Teruslah berjalan, jangan menoleh, insya Allah, kami akan sambut anda di airport nanti dengan sambutan terhadap seorang pahlawan..”
Asma Mahfuz, seorang aktifis wanita berkata, “Akhirnya Mesir tetap memiliki pemimpin yang memiliki kehormatan. Kini saatnya rakyat menyambut sang presiden..”
Dr. Ala’ Shadik dari Turki mengatakan, “Pidato ini tidak mungkin keluar kecuali dari lisan pemimpin pilihan rakyat.”
Dr. Ali Al-Umari dari Saudi mengatakan, “Wahai rakyat Mesir… Pujilah Allah atas sikap tegas presiden kalian di KTT Negara2 Nonblok terhadap kekuatan tiran, terutama Suriah.”
Syaikh Hamid Abdullah Al-Ali yang merupakan mantan Sekjen Harakah Salafiyah Kuwait pun memberikan apresiasi. “Jiwaku sebagai tebusan terhadap pemimpin Mesir yg telah mengangkat panji kebenaran tinggi-tinggi dan tegas terhadap kezhaliman.”
Sementara itu, di Indonesia, Ustadz Akmal Sjafril yang merupakan salah satu kader ulama muda yang fokus dalam menangkal pemikiran liberal mengatakan bahwa fiqih dakwah Mursi perlu diambil pelajaran bari para aktivis dakwah.
“DR. Mursi ini perlu ‘dikupas’ dari sisi fiqih dakwahnya. Beliau ini harus jadi pelajaran. Unttk bersikap tegas, tidak perlu keras dan provokatif, meskipun sikap orang pasti ada saja yang tidak suka,” katanya.
“Di Iran, beliau tidak mencela kebiasaan orang Syi’ah yang melaknat sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam (secara langsung – editor Fimadani), melainkan hanya membuka orasinya dengan shalawat dan memuji keempat Khulafaur Rasyidin dan seluruh sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.”
Ustadz Akmal Sjafril juga menerangkan kepiawaian Mursi dalam menghadapi kekuatan militer Mesir, “Beliau juga akademisi lulusan AS dan tinggal bertahun-tahun di sana, sehingga tak ada orangg yangg bisa menuduhnya ekstremis, radikalis, dan seterusnya. Beliau tetap berwibawa tanpa harus menuntut balas dendam kepada para perwira yangg dulu berkonspirasi menangkapi para petinggi Al-Ikhwan, termasuk dirinya.”
“Play smooth is an important part of fiqih dakwah...,” pungkas ustadz muda ini.
0 komentar:
Posting Komentar