Akhirnya Jamaah Ikhwanul Muslimin secara resmi mengumumkan pencalonan Khairat Syatir sebagai calon resmi dari Jamaah tersebut untuk ikut bersaing dalam pemilihan presiden pertama pasca tergulingnya Husni Mubarak yang akan digelar pada bulan Mei depan.
Pengumuman resmi langsung disampaikan oleh Mursyid Am jamaah; DR. Muhamad Badi, pada Sabtu lalu (31/3). Beliau
mengatakan bahwa Majelis Syura jamaah dan Majelis Pimpinan Pusat
Partai Huriya wal Adalah (FJP) telah menetapkan Khairat Syatir sebagai
calon presiden untuk bersaing pada pemilihan presiden mendatang.
Pengumuman
ini dengan sendirinya mengundang perhatian besar dari berbagai
kalangan. Selain karena Jamaah Ikhwanul Muslimin melalui partainya
Huriyah wal Adalah (FJP) merupakan pemilik mayoritas kursi di parlemen,
juga karena jamaah ini pada awalnya menyatakan bahwa mereka tidak akan
mengajukan calon presiden dari internal jamaah. Hal mana membuat salah
seorang tokoh seniornya Abdul Munim Abu Fatuh mengambil inisiatif
pribadi dan mencalonkan diri untuk kursi presiden dan kemudian berujung
pada pemecatan dirinya sebagai anggota jamaah karena melanggar keputusan
jamaah.
Di
sisi lain, keputusan Jamaah Ikhwanul Muslimin ditanggapi berbagai pihak
dengan kekhawatiran akan terpecahnya suara bagi calon presiden dari
aktifis Islam, mengingat hingga kini sudah beredar tiga nama dari
kalangan Islam, yaitu Abdul Munim Abu Fatuh, Hazim Shalah Abu Ismail dan
Muhamad Salim Al-Awa.
Jamaah
Ikhwan sendiri berargumen dengan keputusannya ini sebagai respon atas
dinamika politik setelah mereka menangkap adanya pihak-pihak yang tengah
berupaya menghalangi terwujudnya tujuan-tujuan revolusi, khususnya
ingin mengembalikan rezim lama dalam tampuk kekuasaan.
Ketua
FJP, Muhamad Mirsi, mengatakan, "Berbagai problem yang kini sedan
terjadi di Mesir, ditambah lagi adanya calon presiden yang diusung
berasal dari rezim lama, memberikan andil bagi lahirnya keputusan capres
dari Jamaah Ikhwanul Muslimin."
Sebagaimana
diketahi bahwa belakangan ini beredar isu kemungkinan masuknya Umar
Sulaiman, mantan Direktur Intelijen pada masa rezim Husni Mubarak dan
wakilnya menjelang kejatuhannya, dalam ajang pemilihan presiden berikut.
Siapa Khairat Syatir?
Khairat Syatir, kelahiran tahun 1950 terakhir
kali menjabat sebagai wakil pertama Mursyid Am Jamaah Ikhwanul
Muslimin. Pada masa Mursyid Am Mahmud Akif, beliau menjabat sebagai
wakil kedua Mursyid Am. Dikenal sebagai kader militan jamaah dengan
berbagai spesialisasi keahlian. Dia memiliki berbagai ijazah keahlian,
di antaranya insinyur, manajemen bisnis, sastra Arab dan kajian Islam.
Tapi belakangan dia lebih dikenal sebagai ekonom Islam dan menduduki jabatan komsisaris di beperapa perusahaan dan perbankan.
Perjuangan
beliau bersama Jamaah Ikhwan sudah tidak diragukan lagi. Keluar masuk
penjara sejak rezim Jamal Abdun-Nashir hingga Husni Mubarak karena
aktifitasnya dalam jamaah. Selama kekuasaan Husni Mubarak, beliau
tercatat telah 5 kali dipenjara yang jika digabungkan keseluruhannya
mencapai masa 12 tahun. Bahkan penunjukannya sebagai wakil pertama
Mursyid Am DR. Muhamad Badi adalah saat beliau berada dalam penjara.
Aljazeera.net
menganggapnya sebagai penggerak atau dinamo jamaah, beliau juga
penanggung jawab atas pengembangan jamaah dan komunikasi dengan
pihak-pihak asing yang ingin mengetahui sikap jamaah pasca revolusi,
khususnya di bidang ekonomi.
Namun,
diluar pro kontra yang ada, dukungan mulai mengalir deras kepada
Khairat Syatir. Puluhan ribu pengunjung langsung mendaftar, beberapa
saat setelah akun resminya facebooknya resmi dibuka. Beberapa pihak
sudah mengisyaratkan untuk mempertimbangkan Syatir sebagai calon yang
mereka dukung, Di antaranya dari Jamaah Islamiyah. Partai An-Nur salafi,
hingga kini juga sedang menggodok nama-nama yang secara resmi akan
mereka dukung, dan nama syatir masuk dalam bursa tersebut.
Nadir
Bakar, juru bicara FJP mengatakan bahwa kini sedang diadakan
pembicaraan dengan berbagai kekuatan Islam untuk memunculkan calon yang
menjadi representasi Islam, agar suara Islam tidak terpecah-pecah.
Yang
menarik, Sarah, puteri Khairat Syatir di harian Al-Ahram, mengomentari
pencalonan bapaknya dengan komentar pendek, "Allahumma'jurnaa fii
mushibbatina…. Wa inaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un…. (Semoga Allah
memberi pahala atas musibah yang menimpa kami, inna lillahi wa inna
ilaihi raajiiun..)
(ikhwanonline, Aljazeera.net/ak)
0 komentar:
Posting Komentar