Segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah saw
beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
ihsan hingga hari pembalasan.. selanjutnya:
Rasulullah saw datang membawa agama mulia
yang menegakkan keadilan, mewujudkan kesetaraan, menghancurkan
kezhaliman, meruntuhkan para thaghut, dan membangun umat yang mulia
serta mengajarkan manusia pada prinsip-prinsip kebebasan dan
persaudaraan… karena itulah pada masa awal sejarahnya umat manusia
berada dibawah naungan keadilan, kesetaraan dan kasih sayang.. tanpa
perpecahan walaupun beda warna, bangsa, kedudukan atau keyakinan. Allah
SWT berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
(Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya:107
Dan Allah menggabungkan dua sifat Nabi yang berasal dari nama-nama Allah SWT; bersimpati dan kasih sayang. Allah berfirman:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu
seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,
sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas
kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (At-Taubah:128)
Rasulullah saw tidaklah memberikan warisan kepada kita dalam bentuk
harta (Dinar atau dirham).. namun beliau memberikan warisan berupa
amanah kehidupan secara menyeluruh yaitu Islam dan meninggalkan kepada
kita pembela kehidupan disepanjang masa yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an
adalah tali Allah SWT yang membentang dari langit dan bumi, satu sisi
ada ditangan-tangan kita dan sisi lainnya ada ditangan (kekuasaan)
Allah. Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Allah maka akan
mendapatkan kemudahan jalan menuju Allah, dengan tali Allah manusia akan
kuat. Sebagaimana pula Nabi saw meninggalkan kepada kita manhaj ilmiah
dalam berbagai sisi kehidupan, barangsiapa yang mengikutinya akan
selamat dari kesesatan menuju cahaya hidayah, hidup bahagia dan sejarah
dan mendapat kemenangan berupa surga.
Dari Abu Hurairah ra berkata:
إِنِّى قَدْ خَلَّفْتُ فِيكُمْ
مَا لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا مَا أَخَذْتُمْ بِهِمَا أَوْ عَمِلْتُمْ
بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِى وَلَنْ تَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا
عَلَىَّ الْحَوْضَ
”Sesungguhnya Aku telah meninggalkan
kepada kalian sehingga kalian tidak akan tersesat setelah kalian
berpegang teguh kepada keduanya; kitabulla dan sunnahku, dan tidak akan
terbecah belah sehingga diberikan kepada Aku sebuah lembah” (Baihaqi)
Dan dakwah kita tergadaikan oleh dua unsur agung tadi dan dengan
sirah para salafussalih -semoga Allah merahmati mereka semua-, Imam
Al-Banna berkata: “Dakwah kita adalah islamiyah, dengan berbagai
kondisi membawa satu kata yang memiliki makna, maka fahamilah sesuai
dengan kehendak anda setelah itu, apa yang anda fahami hendaknya terikat
dengan kitab Allah, sunnah Rasul-Nya dan sirah salafussalih dari umat
Islam. Adapun yang berhubungan dengan kitab Allah adalah asas utama
Islam dan penopangnya, sementara sunnah Nabi adalah pemberi penjelasan
dan pensyarahnya, sementara sirah salafussalih adalah para pelaksana
seluruh perintahnya dan penerus ajaran-ajarannya, mereka adalah contoh
yang kongkret dan gambaran hidup terhadap perintah dan ajaran-ajaran
Islam”. Jika ditanyakan: Kepada apa kalian menyeru? maka
katakanlah: kami menyeru kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
saw, sedangkan pemerintahan ada bagian darinya, dan kemerdekaan adalah
salah satu kewajibannya”.
Rasulullah adalah Al-Qudwah dan Al-Uswah
Bahwa diantara jalan tarbiyah yang besar pengaruhnya dalam jiwa adalah tarbiyah dalam bentuk ta’assi (mencontoh) dan al-Qudwah (meneladani)
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”. (Al-Ahzab:21)
Sirah Rasullah saw dan manhajnya adalah sebaik-baik pendidikan bagi
setiap insan; seorang pemimpin, seorang politikus, seorang guru
(pendidik), seorang suami dan seorang bapak. Beliau adalah contoh
manusia yang sempurna bagi setiap orang yang ingin mendekati
kesempurnaan dengan gambaran yang menakjubkan, oleh karena itulah sejak
berdirinya dakwah ini diantara slogan kita adalah “Rasul adalah teladan kami”
dan oleh karena itu pula Ikhwanul muslimin tidak menyeru kepada seorang
pemimpinpun selain rasulullah saw. Slogan mereka adalah “Rasul adalah
pemimpin kami”. Dan seorang muslim tidak mungkin mendapatkan kecintaan
Allah kecuali dengan mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ
اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Ali Imran:31)
Bahkan ketika sebagian ikhwan pada salah satu perkumpulan menyeru dan
menyanjung ustadz Hasan Al-Banna, maka beliau sangat marah dan melarang
untuk mengulanginya kembali dalam kondisi apapun.
Oleh karena itu, umat Islam wajib mencontoh Rasulullah saw, berakhlak
dengan Al-Qur’an Al-Azhim, karena akhlak Nabi adalah Al-Qur’an, dan
dengan ini pula mereka menghiasi diri dengan akhlak dan
kebaikan-kebaikannya. Rasulullah saw bersabda:
إنما بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الْأَخْلاَقِ
“Tidaklah Aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak mulia” (Malik)
Dan Allah memujinya dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Al-Qalam:4)
Beberapa Potret kehidupan Rasulullah saw yang dapat mencerahkan jalan hidup kita
Bahwa bangsa Arab dan umat Islam secara umum saat ini sangat
membutuhkan akan cahaya yang terang benderang yang berasal dari cahaya
dan petunjuk Nabi saw, melenyapkan kegelapan yang menyelimuti mereka,
yang diiringi dengan memancarnya fajar kemerdekaan dan cahaya keadilan
serta lahirnya kemuliaan dan kekuatan bagi umat ini. Berikut ini
beberapa potret tarbawiyah dari kehidupan Rasulullah saw:
Sikap beliau saat meletakkan hajar aswad
Pada saat terjadi perselisihan diantara kabilah suku Quraisya siapa
diantara mereka yang berhak meletakkan hajar aswad, mereka bersepakat
bahwa orang yang berhak memberikan keputusan perkara mereka adalah orang
yang pertama kali masuk pada salah satu pintu masuk masjid dan berasal
dari kalangan Bani Hasyim, Dan Nabi adalah orang yang pertama kali masuk
pintu tersebut, maka merekapun berkata: “Ini dia Muhammad, dia adalah
sosok yang jujur dan dipercaya, kami ridha dengan keputusannya, maka
beliaupun akhirnya melakukan tugasnya, beliau membentangkan sorbannya
dan meletakkan hajar aswad di atasnya, dan beliau meminta empat pemimpin
dari setiap kabilah untuk memegang setiap ujung sorban tersebut,
sehingga mereka semua ikut mengangkatnyq, dan setelah itu beliau dengan
tangannya yang penuh berkah beliau meletakkan hajar aswad ditempatnya
semula. Akhirnya mereka puas dengan kejujuran dan kepercayaan Nabi saw,
dan para kabilahpun cukup puas dengan keputusannya dan merasa
diperlakukan dengan adil dalam keputusannya.
Sungguh, kita saat ini sangat membutuhkan sikap jujur dihadapan umat
manusia; baik dalam ucapan maupun perbuatan, menjadi orang yang amanah
(dapat dipercaya) untuk kemaslahatan umat dan bangsa, bersungguh-sungguh
menegakkan keadilan, sehingga tidak ada tempat setelah ini bagi orang
yang berdusta dan membohongi umat dan bangsanya sendiri, tidak ada
kerelaan setelah ini kepada orang yang berkhianat terhadap amanah yang
diberikan oleh bangsa untuk ditunaikan… atau melakukan kecurangan dan
kejahatan pada jabatan mereka, melakukan kezhaliman terhadap bangsa atau
menyia-nyiakan dan mengabaikan hak-hak bangsa mereka.
Harus ada kebijakan pada satu kesepakatan antara faksi-faksi yang
beragam, berusaha untuk menyatukan barisan sebagai asas utama menuju
kebangkitan umat dan menegakkan bangunan suatu negara.
Kami senantiasa membawa kebaikan bagi umat manusia
Islam selalu mengajak pada perbuatan baik, berkorban dengan sesuatu
yang baik untuk manusia, dan hal tersebut merupakan perangai dan akhlak
terpuji Rasulullah saw; dimana siti Khadijah pernah mensifati beliau
dengan ungkapan:
أَبْشِرْ فَوَاللَّهِ لَا
يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا وَاللَّهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ
وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ
وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Sekali-kali tidak, bergembiralah,
demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya! sesungguhnya engkau
pasti akan menyambung silatrrahim, berkata yang benar, menanggung
kepayahan, memuliakan tamu, menolong orang membutuhkan pada kebenaran”. (Muslim)
Ini adalah salah satu sisi dari sifat beliau sebelum dibangkitkan,
memberikan kebaikan di tengah masyarakat yang beliau hidup di dalamnya,
dan ketika beliau hijrah maka pertama yang beliau ucapkan adalah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا
السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا
بِاللَّيْلِ، وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
“Wahai manusia tebarkanlah salam,
berikanlah makan, jalinlah silaturrahim, tunaikanlah shalat malam saat
manusia tertidur pulas niscaya kalian dapat masuk surga dengan penuh
keselamatan”. (Ibnu Majah)
Karena itu, seorang muslim hendaknya berusaha memiliki sifat ini,
menyebarkan salam dan memberikan kebahagiaan ke dalam hati-hati manusia,
memenuhi kebutuhan mereka, mengeratkan tali ikatan dan saling menolong
diantara umat Islam, memperkokoh tali hubungan kepada Allah, khususnya
di tengah kegelapan malam.. membentengi mereka dari perpecahan dan
pertikaian yang dapat menyebabkan kegagalan dan kehancuran.
Semua itu, umat kita sangat membutuhkannya, dan pintu kebaikan
sangatlah luas di dalamnya, untuk dapat memahami usaha para ulama yang
ikhlas yang sangat mencintai negeri mereka dan bekerja untuk menuju
kebangkitannya.. memberikan kebaikan bagi umat manusia tanpa memandang
perbedaan.
Dalam tafsir Fakhrurrazi saat menafsirkan firman Allah:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُم
“Engkau tidaklah mampu memberikan petunjuk kepada mereka” (Al-Baqarah:272)
Disebutkan:”Bahwa engkau tidaklah mampu memberikan petunjuk pada
orang yang menentangmu sehingga menghalangi memberikan sedekah agar
mereka mau masuk Islam, maka bersedekahlah kepada mereka karena Allah,
jangan berhenti untuk melakukan demikian hanyak karena keislaman mereka,
bandingannya adalah firman Allah:
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ
دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil”. (Al-Mumtahanah:8)
Semangat untuk tetap teguh dan menebarkan optimisme
Diantara sunah yang senantiasa terus berlangsung adalah perseteruan
antara al-hal dan al-batil, adanya ujian dan penyeleksian para pembawa
kebenaran, namun kemenangan tetap akan berpihak pada kebenaran walaupun
pada jaulah terakhir, dan kewajiban mereka adalah agar senantiasa
tsabat, yakin akan dukungan Allah yang akan memberikan kejayaan dan
menghilangkan mereka dari rasa takut dan memberikan ketenteraman di
tanah air mereka.. Allah berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ
لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ
بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa”. (An-Nur:55)
وعَنْ خَبَّابِ بْنِ الأَرَتِّ،
قَالَ: شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ
فِي ظِلِّ الكَعْبَةِ، قُلْنَا لَهُ: أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلاَ
تَدْعُو اللَّهَ لَنَا؟ قَالَ: “كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ
يُحْفَرُ لَهُ فِي الأَرْضِ، فَيُجْعَلُ فِيهِ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ
فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ
عَنْ دِينِهِ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيدِ مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ
عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَاللَّهِ
لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ، حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ
إِلَى حَضْرَمَوْتَ، لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللَّهَ، أَوِ الذِّئْبَ عَلَى
غَنَمِهِ، وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
Dari Khabbab bin al-Arat ia berkata,
“Kami mengadu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam saat beliau
menjadikan kain selimut beliau sebagai bantal di sisi ka’bah. Kami
katakan kepada beliau, ‘Mengapa engkau tidak memintakan pertolongan
(kepada Allah) bagi kami? Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk
kami?’ Beliau menjawab, ‘Di antara umat sebelum kalian ada seseorang
yang digalikan lubang untuknya, lalu ia dimasukkan ke dalamnya,
diambillah sebilah gergaji, dan kepalanya pun digergaji di bagian
tengahnya. Namun hal itu tidak menyurutkannya dari memegang agamanya
kuat-kuat. Lalu diambillah sisir dari besi dan disisirkan pada kepalanya
sehingga kulitnya terkelupas dan tampaklah tengkorak kepalanya. Namun
hal itu pun tidak membuatnya bergeser dari agamanya. Demi Allah,
bersabarlah, kalian, karena Allah akan menyempurnakan agama ini sampai
ada orang yang berjalan dari Shan’a menuju Hadramaut, ia tidak takut
akan sesuatu pun selain Allah atau serigala yang hendak menerkam
kambing-kambingnya. Sungguh, kalian terlalu tergesa-gesa.” (Bukhari)
Dari pemahaman ini salah seorang dari Ikhwan mengalami dan tetap
bersabar menghadapi berbagai siksaan di penjara penguasa zalim, namun
ungkapan yang senantiasa disenandungkan adalah:
هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Inilah yang dijanjikan Allah dan
Rasul-Nya kepada kita”. dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang
demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan
ketundukan”. (Al-Ahzab:22)
Seiring dengan kabar gembira berupa kemenangan, maka kita berhak
menerima ganjaran dan berkewajiban menghadap Allah SWT dengan
meningkatkan ketaatan kepada-Nya, meningkatkan keikhlasan dan
ketawadu’an, serta meningkatkan keyakinan bahwa Allah SWT akan
menyempurnakan nikmat-Nya dan mewujudkan misi yang dibangun oleh suatu
bangsa karena-Nya; karena Allah SWT telah berjanji akan menjatuhkan
ancaman-Nya kepada para pelaku kezaliman dan kejahatan dan membela dan
memberikan kemenangan bagi orang-orang beriman:
بِالْبَيِّنَاتِ فَانْتَقَمْنَا مِنَ الَّذِينَ أَجْرَمُوا وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
“Lalu Kami melakukan pembalasan
terhadap orang-orang yang berdosa. dan Kami selalu berkewajiban menolong
orang-orang yang beriman”. (Ar-Rum:47)
Lapang dada dan memaafkan
Bahwa menimpakan kata-kata buruk pada hati seorang muslim adalah
lebih buruk daripada menimpakan pecutan pada tubuhnya, karena hal
tersebut dapat menyempitkan dada padanya. Begitu banyak tuduhan yang
dilontarkan oleh media dalam bentuk kebohongan dan kedustaan terhadap
Ikhwanul Muslimin, namun mereka tetap berada dalam mengikuti dan
meneladani Rasulullah saw. Allah telah berfirman:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ
يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ
السَّاجِدِينَ وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui,
bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara
orang-orang yang bersujud (shalat). Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang
kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr:97-99)
Karena itu, seorang muslim harus senantiasa sibuk dengan dirinya dari
apa yang mereka ucapkan, tidak membalasnya kecuali hanya sibuk dengan
berzikir kepada Allah dan beribadah serta beramal dengan hal-hal yang
bermanfaat untuk manusia, menghubungkan kebaikan yang dibawanya untuk
orang lain, meneguhkan hatinya untuk senantiasa lapang dada dan
mengedepankan maaf
فَاصْفَحْ عَنْهُمْ وَقُلْ سَلامٌ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Maka berpalinglah (hai Muhammad)
dari mereka dan Katakanlah: “Salam (selamat tinggal).” kelak mereka akan
mengetahui (nasib mereka yang buruk)”. (Az-Zukhruf:89)
Inilah jalan yang mampu melemahkan kerasnya permusuhan dan melunturkan pertikaian
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا
السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fushilat:34)
Berbagai peristiwa yang terjadi adalah tafsiran kongkret ayat-ayat Al-Qur’an
Wahai umat Islam, bacalah tafsir ayat-ayat Al-Qur’an al-Karim,
diantaranya tentang realita yang mampu menumbuhkan nilai-nilai dan
menjadikannya hidup dan bergerak, kalian akan dapat melihat bahwa mereka
yang dijatuhi hukuman mati akan senantiasa hidup berbeda dengan orang
yang telah menjatuhi hukuman mati dan orang-orang yang dijatuhi hukuman
penjara tetap bebas dari ikatannya daripada orang yang telah
membelenggunya, dan orang yang terhalangi geraknya untuk bisa mencapai
pada suatu tempat sehingga bisa berkhidmah kepada bangsanya, mampu
ditembus dan sampai kepada mereka; ikut bermalam suntuk dengan penuh
kenyamanan, sementara para pendahulu mereka pergi begitu saja, begitu
pula dengan mereka yang terusir jauh dari negeri dan keluarganya, dapat
kembali dengan penuh keperkasaan, kemuliaan dan kebanggaan, dan mereka
yang terkungkung di dalam negerinya sendiri dan tertahan untuk bisa
melakukan safar, dapat leluasa pergi dan melakukan safar kemana saja
yang diinginkan tanpa ada ikatan apapun… dan akan datang setelah ini
insya Allah beberapa buah revolusi Mesir yang penuh berkah, semua itu
dan yang lainnya dapat kita saksikan secara real dan terasa di Mesir, di
Tunisia dan di Libia… ini merupakan tafsiran real akan firman Allah:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي
مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الأرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ
مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ
“Orang-orang kafir berkata kepada
Rasul-rasul mereka: “Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri
Kami atau kamu kembali kepada agama kami”. Maka Tuhan mewahyukan kepada
mereka: “Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu, dan
Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka.
yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap)
kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku”. (Ibrahim:13-14)
Dan firman Allah:
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ
فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا
بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ
مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ وَلِيُمَحِّصَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
“Jika kamu (pada perang Uhud)
mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan
supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang
kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. dan
Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, dan agar Allah membersihkan
orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan
orang-orang yang kafir”. (Ali Imran:140-141)
Wahai Umat Islam.. semua itu dan yang lainnya memberikan ma’rifah dan
kemantapan, menjelaskan akan makna-makna yang baru terhadap ayat-ayat
Al-Qur’an Al-Karim, semakin faham bahwa Al-Qur’an adalah benar dan
nyata, memberikan ketenteraman hati, meningkatkan keteguhan dan
memperbaharui cita-cita
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar”. (Fushilat:53)
Dan ketahuilah bahwa jika manusia menjatuhkan hukuman maka hukum
terakhir ada pada Allah SWT, tidak lain bagi seorang muslim yang dapat
dilakukan kecuali tsabat (teguh) pada kebenaran, bersabar dan berserah diri kepada Allah sehingga Allah yang menerapkan hukum Allah SWT
وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ
“Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah
hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah hakim yang
sebaik-baiknya”. (Yunus:109)
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلا يَسْتَخِفَّنَّكَ الَّذِينَ لا يُوقِنُونَ
“Dan bersabarlah kamu, Sesungguhnya
janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang
tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu”. (Ar-Rum:60)
إِنْ أُرِيدُ إِلا الإصْلاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. hanya kepada Allah
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Hud:88)
Allahu Akbar
Dan segala puji hanya milik Allah.
Risalah dari Prof. DR. Muhammad Badi’,
Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 02-02-2012
Penerjemah:
Abu ANaS MA
http://www.al-ikhwan.net