Imam Ibnu Rajab dan lainnya menuturkan kisah unik berikut ini.
Sekali waktu pernah ada seorang laki-laki ahli ibadah di Mekkah, yang kehabisan bekal, sampai mengalami kelaparan yang dahsyat, bahkan hampir binasa karenanya. Dan saat menyusuri salah satu jalan di Kota Suci, dengan kondisinya yang memprihatinkan tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah kalung yang tampak sangat berharga tergeletak di jalan yang dilewatinya. Iapun memungutnya dan membawanya ke Masjidil Haram. Tak dinyana ternyata disana ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang sedang mencari-cari kalung putrinya yang hilang. Ia berkata: Bapak tersebut lalu menyebutkan ciri-ciri kalung yang dicari-carinya itu, dan ternyata persis sesuai dengan yang kutemukan. Maka tanpa ragu akupun langsung menyerahkannya kepadanya. Dan tanpa mengambil imbalan apapun darinya. Hanya saja saat itu aku sempat berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku telah melepaskan kalung ini (dengan menyerahkannya tanpa imbalan kepada pemiliknya) dengan ikhlas demi Engkau. Maka karuniakanlah kepadaku pengganti yang lebih baik!
Sekali waktu pernah ada seorang laki-laki ahli ibadah di Mekkah, yang kehabisan bekal, sampai mengalami kelaparan yang dahsyat, bahkan hampir binasa karenanya. Dan saat menyusuri salah satu jalan di Kota Suci, dengan kondisinya yang memprihatinkan tersebut, tiba-tiba ia melihat sebuah kalung yang tampak sangat berharga tergeletak di jalan yang dilewatinya. Iapun memungutnya dan membawanya ke Masjidil Haram. Tak dinyana ternyata disana ia bertemu dengan seorang lelaki tua yang sedang mencari-cari kalung putrinya yang hilang. Ia berkata: Bapak tersebut lalu menyebutkan ciri-ciri kalung yang dicari-carinya itu, dan ternyata persis sesuai dengan yang kutemukan. Maka tanpa ragu akupun langsung menyerahkannya kepadanya. Dan tanpa mengambil imbalan apapun darinya. Hanya saja saat itu aku sempat berdoa: Ya Allah sesungguhnya aku telah melepaskan kalung ini (dengan menyerahkannya tanpa imbalan kepada pemiliknya) dengan ikhlas demi Engkau. Maka karuniakanlah kepadaku pengganti yang lebih baik!
Selanjutnya
dikisahkan bahwa, sang lelaki saleh dan jujur tersebut kemudian
ditaqdirkan ikut dalam sebuah pelayaran di laut lepas. Dan karena saat
itu angin sedang kencang-kencangnya, maka badai dan ombak besarpun
mengombang-ambingkan dan menggulung perahu yang ditumpanginya. Sampai
akhirnya perahupun pecah dibuatnya. Namun Allah masih berkehendak untuk
menyelamatkannya dengan perantaraan sebatang kayu dari pecahan perahu,
yang lalu dinaikinya sambil berenang, sebelum akhirnya ia terdampar di
pantai sebuah pulau. Ia naik ke daratan pulau terpencil tersebut. Ia
berkata: Alhamdulillah ternyata aku langsung menemukan sebuah masjid
disana. Aku masuk dan duduk di dalamnya, serta tentu saja lalu ikut
shalat berjamaah bersama masyarakat di masjid itu. Kemudian seusai
shalat, aku mendapati lembaran-lembaran mushaf Al-Qur’an. Aku
mengambilnya dan membacanya. Sehingga para jamaahpun berkata kepadaku:
Maukah Engkau mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak kami? Tentu saja
aku terima tawaran mereka dengan senang hati. Akhirnya aku mengajari
anak-anak mereka itu membaca Al-Qur’an dengan sedikit imbalan upah. Lalu
ketika tahu bahwa aku juga bisa menulis khath dengan baik, merekapun
memintaku untuk sekaligus mengajarkan tulis menulis khath kepada
putra-putra mereka.
Dan yang
benar-benar tak kuduga sama sekali sebelumnya adalah tawaran mereka
berikutnya. Mereka berkata: Disini ada seorang gadis yatim, putri
seorang lelaki saleh dan baik dari warga kami. Ayahnya telah wafat,
sehingga sang gadis piatupun kini bak hidup sebatang kara. Maksud kami,
bersediakah Engkau menikahinya? Dan untuk tawaran tak terduga yang satu
ini bahkan hampir tanpa perfikir akupun langsung menyanggupinya seraya
berkata: Ya baiklah, tidak apa-apa, saya bersedia. Dan singkat cerita,
akupun kemudian menikah dengan sang gadis.
Dan
sejurus saat pertama kali kami berkumpul bersama sebagai suami istri,
aku sempat kaget demi melihat kalung yang kutemukan di Mekkah dulu itu
ternyata melingkar indah di leher istriku. Aku bertanya: Bagaimana
ceritanya? Maka istripun mennyampaikan kisah bahwa, kalungnya itu pernah
sempat hilang di Mekkah, lalu ditemukan oleh seorang laki-laki baik
hati dan jujur, yang menyerahkannya kembali kepada bapaknya. Istri juga
bercerita dan berkata: Kala itu Bapak juga sempat berdoa kepada Allah
agar dipertemukan lagi dengan lelaki penemu kalung tersebut, untuk
dinikahkan dengan putrinya, yang tidak lain adalah aku. Disini sang
suami serta merta menimpali: Dan tahukah kamu bahwa, lelaki itu tiada
lain adalah aku sendiri..!
Subhanallah..!
Subhanallah..!
Sumber:Status FB Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
0 komentar:
Posting Komentar