Saudaraku…
Salah satu nikmat besar pemberian-Nya yang wajib kita syukuri adalah dibukanya kran-kran rezki untuk kita. Ada yang mengucur deras dan ada pula yang kecil. Ada yang mengambil jatah rezkinya harian, pekanan, bulanan dan bahkan ada yang musiman. Walaupun kadar rezki kita berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tapi Allah swt memberi kita kebutuhan sesuai dengan kadar rezkinya masing-masing.
Apa yang menjadi jatah rezki kita, pasti akan
sampai kepada kita dengan cara dan jalan yang dikehendaki-Nya. Dan apa
yang bukan menjadi jatah rezki kita, tak akan menyapa kita walapun kita
mengejarnya dengan perasan keringat. Dan apa yang bukan jatah rezki
kita, akan berpindah ke tangan orang lain walaupun telah berada di
genggaman kita.Salah satu nikmat besar pemberian-Nya yang wajib kita syukuri adalah dibukanya kran-kran rezki untuk kita. Ada yang mengucur deras dan ada pula yang kecil. Ada yang mengambil jatah rezkinya harian, pekanan, bulanan dan bahkan ada yang musiman. Walaupun kadar rezki kita berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tapi Allah swt memberi kita kebutuhan sesuai dengan kadar rezkinya masing-masing.
Prestasi dan kecerdasan kita, bukan jaminan keluasan rezki kita. Sebaliknya orang yang selalu tertinggal prestasinya di sekolah dulu, bisa jadi di lapangan rezki, ia lebih mudah dan luas dari yang lainnya.
Fakta berbicara, ada beberapa orang yang mengais rezki di satu perusahaan, satu kantor, institusi pemerintahan, kantor dakwah dan seterusnya, tapi income dan fasilitas yang disediakan juga berbeda-beda.
Namun yang harus kita yakini bahwa rezki yang telah sampai ke tangan kita, pada hakikatnya merupakan titipan Allah swt. Yang Dia bisa menambah, mengurangi atau mengambilkannya kapan Dia kehendaki. Untuk itu semestinya kita salurkan sesuai dengan aturan dan kehendak-Nya.
Ketika Ia meminta pinjaman yang baik (sedekah) kepada kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya. Terlebih Dia akan mengembangkan harta kita di akherat sana, dengan kelipatan 700 % keuntungan dan bahkan kelipatan yang tak terhitung. “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al Baqarah: 261).
Adakah tawaran yang lebih baik dari itu jika kita menyimpan harta kita di bank-bank di dunia? Di bank konvensional sekalipun? Tentu tidak ada.
Saudaraku….
Abu Laits As Samarkandi rahimahullah pernah berkata, “Sisihkanlah dari hartamu untuk sedekah, sesuai kadar kemampuanmu banyak ataupun sedikit. Karena sedekah akan mendatangkan sepuluh perkara yang terpuji. Lima kebaikannya diraih di dunia dan lima sisanya dikecap di akherat.
Adapun lima buah kebaikan yang kita raih di dunia adalah:
• Mensucikan harta.
• Membersihkan dosa dan kesalahan.
• Menolak bala’ dan sakit.
• Mengalirkan kebahagiaan di hati orang-orang miskin.
• Mendatangkan keberkahan harta dan keluasan dalam rizki.
Saudaraku…
Barangkali ada harta yang kita peroleh dari jalan yang curang, bersumpah palsu dan seterusnya. Hal itu dapat kita sucikan dengan sedekah. Tentunya setelah kita bertaubat kepada Allah Swt.
Siapa yang tidak ingin dosa-dosa yang telah diperbuatnya terbakar dan hangus? Salah satu cara untuk menghapus dosa dan kesalahan kita di masa lalu adalah dengan sedekah. Dan tentunya tidak semua dosa dan kesalahan kita terhapus dengan sedekah. Sedekah hanya menghapus dosa-dosa kecil yang pernah kita ukir dalam hidup kita. Adapun dosa-dosa besar tak terlepas dari tubuh kita kecuali dengan taubat dan istighfar.
Nabi Saw bersabda, “Dan sedekah itu menghapus kesalahan seumpama air dapat memadamkan api.” (H.R; Tirmidzi).
Dengan demikian, dosa ibarat api yang membakar tubuh kita, sedangkan peredamnya adalah sedekah yang berfungsi sebagai air dingin yang mengguyur tubuh kita.
Sakit dan musibah, erat hubungannya dengan kebakhilan dan kekikiran diri kita. Semakin banyak kita sedekah, insyaallah sakit dan musibah akan menjauh dari kita. Bahkan ia dapat menjadi obat penyembuh sakit yang mendera kita. “Obatilah orang-orang sakit dari kalian dengan sedekah.” (dihasankan oleh syekh Al Bani dalam shahih al jami’).
Di antara bentuk musibah yang tidak ringan dirasa adalah belum hadirnya jodoh di samping kita. Bagi yang belum melepaskan masa lajangnya. Karena lautan teramat luas bila dilayari seorang diri. Hutan belantara dan alam ini teramat berat direntasi tanpa belahan hati yang menemani. Dan luka-luka di tubuh ini terasa begitu perih dirasa tanpa ada bidadari tempat kita berbagi.
Dengan sedekah, insyaallah jodoh akan mendekat dan tali pernikahan pun mudah kita ikat.
Dan bagi yang sudah berkeluarga, tapi belum dikaruniai buah hati juga merupakan ujian yang berat dirasa. Karena anak merupakan dambaan semua pasutri. Salah satu ikhtiyar yang kita lakukan untuk memancing kehadiran sang buah hati adalah dengan memperbanyak sedekah.
Mengalirkan kebahagiaan dan keceriaan di hati orang yang miskin, merupakan warna kebaikan yang paling disukai Allah Swt, sebagaimana sabdanya, “Amalan, yang paling disukai Allah adalah keceriaan yang engkau alirkan di hati seorang muslim.” H.R; Tirmidzi.
Orang yang berhutang budi, biasanya tanpa dimintapun ia akan mendo’akan orang yang berjasa dalam hidupnya dengan do’a-do’a yang baik. Terlebih do’a orang yang berkekurangan sangat dekat untuk dikabulkan.
Dengan sedekah harta kita menjadi bertambah kwantitasnya dan melahirkan keberkahan dalam hidup kita. “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.” Saba’: 39.
Saudaraku…
Tiada sejarahnya, orang yang banyak sedekah lalu ia jatuh miskin. Tiada ceritanya orang yang banyak sedekah, hidupnya dililit masalah dan persoalan hidup. Kalaupun ada, barangkali itu sebagai ujian dari-Nya. Atau bisa jadi karena ia tidak ikhlas dan tulus dalam sedekahnya atau karena sebab lainnya.
Sudahkah kita sedekah hari ini? Wallahu a’lam bishawab.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)
0 komentar:
Posting Komentar